Septie's Pages

Sunday, March 29, 2020

Pelangi, Kirana dan Bintang


Aku rapikan letak maskerku sembari berjalan, setelah asyik mengobrol dengan seorang barista yang dengan semangat menjelaskan jenis-jenis kopi. Ya paling tidak perjalanan ini mengajarkan aku bermacam-macam jenis kopi ada latte, espresso, double espresso, macciato dll. Ini perjalanan pulang dari samarinda ke Banjarmasin via Balikpapan. Perjalanan dari samarinda menuju balikpapan pun cukup menyenangkan, aku mencoba tol yang baru selesai dibangun, pemandangannya cukup berbeda dari tol-tol yang ada di jawa sana, banyak sisa-sisa galian dan tumpukan tanah di pinggir-pinggirnya, banyak juga jembatan gantung milik perusahaan tambang batubara yang memang menjadi penghasilan utama penduduk area kaltim. Aku duduk disebelah sopir taxi argo saat itu, seorang cukup umur yang minta dipanggil pakdhe, pria dari tanah suroboyo ini cukup sopan, meskipun diawal wajahnya terlihat menyeramkan. Perjalanan samarinda-balikpapan menjadi menyenangkan diiringi lagu dangdut koplo untuk menghibur pakdhe sembari menyetir.
Perjalanan pergi sebelumnya dari arah Banjarmasin-samarinda aku bertemu dengan seorang pilot, menceritakanku banyak hal dari hal terbang menjadi penguasa angin hingga foto anak-anaknya yang masih kuliah, meskipun diakhir cerita dia minta di panggil “mas” meski  lebih tepat aku panggil “bapak” karena seusia bapakku.
Ya yang kusukai dari sebuah perjalanan adalah mematikan handphone dan berkenalan dengan orang baru. Bagiku aku seperti membaca sebuah buku saat aku bertemu dengan orang baru, melihat dari sudut pandang orang itu tentang hidup, dan hal baru yang didapat dari perjalanan hidupnya.
Samarinda….
Ntah alasan apa perusahaan menginginkan aku di mutasi sementara ketempat ini, apa kesalahan yang sudah kubuat pada perusahaan hingga aku dimutasi seperti ini. Jujur saat itu aku cukup tidak respect dengan beberapa orang yang menurutku mengambil keputusan yang salah. Keras kepalaku yang tetap mengatakan kebenaran yang membuat aku dimutasi. Pikiran itu yang selalu menghantui selama perjalananku yang menyenangkan.

“TANTE TIYAAAANNNNN!!!!!”

Teriak pelangi menyapa saat aku datang disamarinda. Memberi pelukan hangat padanya. Mas Andri yang menjemputku pun tersenyum gembira.

“Loh angi gk sekolah??”
“gk, kan sudah pulang”

Kami bercerita panjang lebar, hingga Mas Andri mengambil mobil dan 2 keponakan lain didalamnya kirana dan bintang

“TANTE TIYAAAANNNNNN!!!!”

Teriak mereka kembali menyambut kedatanganku. Didalam mobi Angi memberikan sesuatu padaku, buku unicorn buatannya sendiri dan sepucuk surat cinta. Ahhhhhh ini alasan aku datang kesamarinda.
Beberapa kali video call atau telp dengan mereka. Mereka menanyakan “kapan tante tiyan kesamarinda??” aku hanya menjawab simple “nanti kalau tante tiyan punya uang, tante nabung dulu yaaah” sembari dalam hatiku “kapan yaaa?”

Diakhir weekend selalu aku habiskan waktu dengan mereka, menjadi kesenangan tersendiri bermain dengan mereka dan bahkan menghadiri ulang tahun Bintang.
Tuhan sepertinya mendengar doa-doa mereka. Bukan dengan uang tabunganku, justru dengan uang perusahaan dan amarah Area Managerku saat itu.
Dan aku dikembalikan ke Banjarmasin, tepat sebelum wabah corona ini datang.

Bagaimana tidak Allah tidak mendengar apa yang kamu doakan? Bahkan doa anak kecil yang tidak terucap pun didengarnya, “ANAK KECIL?” Tentu bukan…. Semesta tepatnya
Pelangi, Kirana, dan Bintang

Kutarik koperku dengan langkah pasti, menghela nafas...
"Mission complete!! What next???"

O Lord, My God, When I in awesome wonder
Consider all the worlds Thy Hands have made
I see the stars, I hear the rolling thunder
Thy power throughout the universe displayed

Then sing my soul, My Saviour God, to Thee
How Great Thou art, how great Thou art
Then sing my soul, My Saviour God, to Thee
How Great Thou art, how great Thou art