Septie's Pages

Sunday, October 23, 2016

Review Buku: What He Must Be

Judul Asli: What He Must be... if he wants me to marry my daughter?
Judul Terjemah: Dia harus pria seperti apa... jika ingin menikahi anak perempuanku?
Penulis: Voddie Baucham JR.
Penerbit pertama: Crossway Books
Penerjemah: Yakob Riskihadi
Penerbit Indonesia: Pionir Jaya
Cetakan: 1 Desember 2011

Daftar isi:
1. Visi Multigenerasi
2. Perkawinan Sebagai Pelayanan
3. Peran Ayah
4. Ia Harus Pengikut Kristus
5. Ia Harus Siap Memimpin
6. Ia Harus Memimpin seperti Kristus
7. Ia Harus Berkomitmen kepada Anak-anak
8. Ia Harus Mempraktekkan Empat Peran
9. Jangan Suruh Perempuan Melakukan Pekerjaan Laki-laki
10. Bila Tidak ada... Ciptakanlah!!!
Kesimpulan
Catatan

Buku ini ditujukan untuk para ayah untuk putrinya, covernya cantik dan menarik hati saat itu untuk membeli. Cara penulisan penulisnya mudah untuk dimengerti. Dibagian awal di bagikan mengenai visi multi generasi. Tidak diragukan bahwa perkawinan adalah kunci kepada warisan multigenerasi, Allah dalam kedaulatan-Nya, menciptakan manusia untuk hidup, berkembang pesat, dan berlipat ganda. Dibuku ini dibagikan mengenai pentingnya memiliki generasi yang takut akan Allah. Dengan demikian hubungan dalam perkawinan mempunyai banyak segi penting. Buku ini membagikan di Yeremia 29, nabi itu menulis surat kepada orang-orang buangan di Babilonia, dimana ia memberi petunjuk-petunjuk tentang bagaimana mereka harus hidup di masa pembuangan yang lama itu.
Kebanyakan orang mengetahui janji yang diberikan di ayat 11: "sebab Aku mengetahui rancangan-rancangan yang ada padaku mengenai kamu, yaitu rancangan damai sejahtera dn bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan penuh harapan" namun banyak orang melupakan janji di ayat 10: "Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini. Nah, tujuh puluh tahun yang di sebutkan dala teks itu mengingatkan kita jepada keputusan raja Koresy. Orang-orang buangan yang menerima surat dari yeremia tidak akan pernah melihat penggenapan janji ini. Orang-orang israel akan ada diBabilonia selama lebih dari 150 tahun. Ini lebih lama daripada umur para penerima surat nabi itu.
Dengan demikian, janji yang terkenal di yeremia 29:11 adalah janji multigenerasi. Sebagian orang mungkin kecewa, padahal seharusnya tidak perlu begitu. Kenyataan bahwa Allah dapat menjanjikan sesuatu kepada keturunan orang-orang ini sekitar 150 tahun kemudian adalah bukti kedaulatan-Nya. Allah hanya dapat membuat janji-janji ini bila ia mengetahui dan mengendalikan apa yang akan terjadi. Allah kita adalah Allah yang mengagumkan.
Janji ini menunjukan karakter janji Allah kepada umat-Nya dari generasi ke generasi. Kita melihat hal ini, misalnya dalam perkataan Petrus pada hari pentakosta. Dalam khotbahnya, ia memanggil para pendengarnya untuk bertobat dan menunjukan kepada mereka janji pengampunan di dalam Kristus dan karunia Roh kudus. Kemudian Ia menambhkan di Kis 2:38-39 sebab bagimulah janji itu dan bagi anak-anakmu. Baik dalam perjanjian baru atau perjanjian lama, Allah mempunyai rencana untuk generasi-generasi mendatang, dan hanya Dia yang punya kuasa menggenapinya.
Dari sudut rencana multi generasi Allah untuk memulihkan kaum buangan sesudah penghukuman atas bangsa itu selesai, Yeremia memberi tahu orang-orang itu tentang bagaimana mereka harus hidup sementara menantikan penggenapan janji Tuhan. Ia menyuruh mereka membangun rumah, menanami kebun, dan bahkan berdoa untuk kesejahteraan tempat dimana mereka di buang. Bahaimanapun juga, salah satu petunjuk Yeremia berkenaan langsung dengan pesan multigenerasi.
Yeremia menyuruh orang buangan itu untuk "ambillah istri untuk memperanakan anak laki-laki dan perempuan bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, ..., agar disana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang" (yer 29:26) kata-kata ini tidak begitu jelas terlihat dalam situasi seperti itu, kecuali orang mengerti dua hal yang pertama dilema mereka pasti di jawab. Kedua, petunjuk ini membuat kita mengerti bahwa janji ini akan di genapi pada generasi-generasi yang akan datang.
Setelah saya membaca buku ini saya jadi mengerti, seharusnyalah kita menikahi orang yang takut akan Allah, supaya generasi yang takut akan Allah itu bertambah. Dan bahwa itu adalah perintah Allah dan keinginan hati Allah.

Saturday, October 15, 2016

Review Buku: Let me be a Woman (Elisabeth Elliot)

Judul buku          : Let Me be a Woman
Penulis                : Elisabeth Elliot
Penerjemah        : Herlina Julenta
Cetakan               : Pertama Juni 2013
Penerbit               : OMID Publishing House
Jumlah halaman: 191

Daftar isi:
1. Allah yang memegang kendali
2. Bukan siapa aku tapi milik siapa aku?
3. Dimana jiwamu digantungkan
4. Seorang anak perempuan, bukan anak laki-laki
5. Penciptaan - Wanita untuk pria
6. Ubur-ubur dan kebanggaan
7. Kebanggaan yang benar
8. Beban sayap
9. Kehidupan lajang-sebuah anugrah
10. Sehari demi sehari
11. Rasa percaya dalam perpisahan
12. Disiplin pribadi dan keteraturan
13. Peperangan siapa?
14. Kebebasan melalui disiplin
15. Allah tidak membuat perangkap
16. Prinsip yang berparadoks
17. Maskulin dan feminim
18. Jiwa yang feminim
19. Apakah penundukan diri memasung kita?
20. Dua puluh pertanyaan
21. Pilihan adalah batasan
22. Komitmen, rasa syukur, kebergantungan
23. Engkau menikahi seorang pendosa
24. Engkau menikahi seorang pria
25. Engkau menikahi seorang suami
26. Engkau menikahi seorang pribadi
27. Meninggalkan yang lain
28. Dinamis tidak statis
29. Sebuah kesatuan
30. Sebuah cermin
31. Sebuah pekerjaan
32. Apa yang membuat pernikahan berhasil
33. Penerimaan akan keteraturan surgawi
34. Kesetaraan adalah bukan hal yang ideal dalam kekristenan
35. Ahli waris anugrah
36. Persamaan yang proporsional
37. Kerendahan hati sebuah perayaan
38. Otoritas
39. Bawahan
40. Pembatas kekuasaan
41. Kekuatan dalam keterbatasan
42. Tuan atas diri sendiri
43. Sebuah alam semesta yang harmonis
44. Jadilah wanita sejati
45. Keberanian sang pencipta
46. Tempat suci pribadi
47. Kesetiaan
48. Kasih dalam perbuatan
49. Kasih berarti salib
Tentang penulis
Ayat-ayat referensi
Catatan
__________________________________________________________________________________________

Buku ini saya dapatkan di semarang 18 Desember 2013. Buku ini merupakan hadiah dari mbak dwi hadi setya palupi (haiii mbak, namamu ku tuliskan juga disini). Buku ini yang membuat saya berkenalan dengan bu Elisabeth Elliot sang penulis buku. Beberapa waktu saya mengamati buku-buku tulisan beliau, wow banget. Salah satunya ya buku ini.
Mengapa "let me be a woman"?
Andai saja wanita pertama menyatakan itu pada ular? Saat itu ular menghasut dengan berkata "jika engkau memakan buah ini, maka tentunya engkau menjadi sama seperti Allah" dan wanita dalam ketundukannya kepada Allah dan berbahagia karena Allah menciptakannya sebagai wanita dan ia berkata "biarkanlah aku menjadi seorang wanita. Biarkan aku menjadi apa yang Allah inginkan untuk aku" wow, pasti ceritanya akan berbeda.
Begitu banyak wanita didunia ini yang menunjukan rasa emansipasi wanita, menuntut persamaan derajat dan ingin menjadi Pria. Terkadang kita melupakan jati diri yang Allah sudah rancang kita menjadi wanita. Beberapa orang yang tidak puas mengatakan mereka terperangkap dalam tubuh yang salah. Jadi masakan Allah salah menciptakan kita? Mengapa kita tidak cukup mengatakan "biarkan aku menjadi seorang wanita. Biarkan aku menjadi apa yang Allah inginkan"
Cara pandang membuat perbedaan didalam dunia kita. Jika engkau melihat sekilas saja rancangan surgawi paling tidak engkau akan merendahkan dirimu dan kagum pada akhirnya. Aku percaya bahwa pengertian yang benar mengenai rancangan surgawi juga akan membuatmu merasa bersyukur. Namun bagi sekelompok orang menjadi wanita adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, sebuah penderitaan. Hidup mereka merindu untuk menjadi sesuatu yang lain. Setiap makhluk Allah diberikan sesuatu yang bisa saja tidak menyenangkan, menurutku, tergantung pada cara pandang seseorang. Gajah dan tikus bisa saja mengeluh mengenai ukuran mereka, kura-kura dengan batok dipunggungnya, burung dengan berat sayapnya. Tetapi gajah tidak diciptakan untuk berlarian di balik tembok rumah, tikus tidak akan di jumpai sedang "mondar-mandir seolah-olah merek punya janji di ujung dunia" kura-kura tidak punya kebutuhan untuk terbang, begitu pula burung untuk merayap. Karunia khusus dan kemampuan setiap makhluk menunjukan keterbatasan-keterbatasannya yang khusus pula. Dan sementara burung merasa harus menanggung beban kedua sayapnya, padahal sesungguhnya sayap-sayap itulah yang menopang burung - terbang menjauh dari dunia, menuju langit, menuju kebebasan - begitu pula wanita yang menerima keterbatasan atas kewanitaannya menemukan di dalam setiap keterbatasan karunianya, panggilan istimewa baginya - sayap-sayapnya, sesungguhnya, yang membawa masuk ke dalam kemerdekaan yang sempurna, kedalam kehendak Allah.
Kebenarannya, tidak ada dari kita yang tahu kehendak Allah bagi hidupnya. Aku katakan bagi hidupnya - karena janjinya berbunyi "jika engkau berjalan langkahmu tidak akan terhambat, bila engkau berlari engkau tidak akan tersandung." Dia memberikan kita cukup cahaya hari ini, cukup kekuatan untuk sehari demi sehari, cukup manna, makanan kita "hari ini." Dan kehidupan iman adalah sebuah perjalanan dari titik A ke titik B, dari titik B ke titik C, seperti orang israel "berangkat lalu berkemah di Obot. Berangkatlah mereka dari Obot," lalu berkemah dekat reruntuhan di Abarim, di Padang gurun... Dari situ berangkatlah mereka, Lalu berkemah disungai Arnon... dari sana mereka ke Beer... dan dari padang gurun mereka ke Matana; dari Matana ke Nahaliel; dari Nahaliel ke Bamot; dari Bamot kelembah yang didaerah Moab."
Sejauh yang kita tahu, tidak ada yang terjadi di tempat-tempat ini. Obot, Abarim, Arnon, Beer, Matana, Nahaliel, Bamot tidak ada artinya bagi kita. Kerumunan yang besar itu hanya terus bergerak. Mereka berpindah dan berhenti dan membangun tenda dan berkemas lagi dan berpindah lagi dan membangun tenda lagi. Mereka mengeluh. Begitu banyak keluhan, hingga bahkan Musa, yang sangat lembut hatinya, hampir tidak tahan melihat orang-orang yang harus dipimpin oleh panggilan Allah. Namun di sepanjang waktu Allah bersama mereka, memimpin mereka, melindungi mereka, mendengar jeritan mereka, mendorong dan memimpin mereka, melindungi mereka, tahu ke mana mereka akan pergi dan apa tujuan-Nya untuk mereka dan Dia tidak pernah meninggalkan mereka.
Tidaklah sulit ketika kau membaca keseluruhan kisah pembebasan israel oleh Allah untuk melihat bagaimana setiap kejadian yang terpisah membentuk sebuah pola demi kebaikan. Kita memiliki cara pandang yang tidak dimiliki para pengelana yang menderita tersebut. Tetapi itu seharusnya menolong kita untuk mempercayai Allah mereka. Tahap-tahap dalam perjalanan mereka, sekalipun membosankan dan tidak terjadi apa-apa, merupakan bagian-bagian penting dari perjalanan menuju penggenapan janjiNya.
Kehidupan lajang mungkin hanyalah satu tahap dalam kehidupan, tetapi bahkan setiap tahap kehidupan adalah anugrah. Allah bisa menukarnya dengan anugrah lai, tetapi si penerima menerima anugrah dari-Nya dengan ucapan syukur. Anugrah hari ini untuk hari ini. Kehidupan iman di jalani sehari demi sehari, dan dijalani - tidak selalu memandang kedepan seakan-akan kehidupan "yang sesungguhnya" berada di tikungan berikutnya. Kita bertanggung jawab untuk hari ini. Hari esok masih menjadi milik Allah.
Cara engkau memelihara rumahmu, cara engkau mengatur waktumu, perawatan yang kau lakukan untuk penampilanmu, bagaimana kau membelanjakan uangmu, semuanya mengungkapkan dengan lantang mengenai apa yang engkau percayai. "Indahnya kedamaian-Mu" memancar keluar lewat keteraturan hidup . Keteraturan hidup menyatakan dengan lantang keteraturan jiwa.
Buku ini ditulis bukan untuk mengajarkan untuk lebih bersolek untuk mengikat para lelaki, namun buku ini di tulis untuk semua wanita kekasih Allah, menerima dirinya dalam ketundukannya pada penciptanya.

Wednesday, October 5, 2016

Sejarah Lagu "As a Deer" (Seperti Rusa)

Lagu ini sering saya dengar dan saya nyanyikan lagu ini, baik di greja atau perkumpulan agamawi lainnya, lagu ini dalam versi bahasa indonesianya:

Seperti rusa rindu sungai-Mu
Jiwaku rindu Engkau
Kaulah Tuhan hasrat hatiku
Ku rindu menyembah-Mu

Kaulah kekuatan dan perisaiku
KepadaMu rohku berserah
Kaulah Tuhan hasrat hatiku
Kurindu menyembah-Mu

Barusan, beberapa hari yang lalu kakak saya membagikan lagu ini di english version-nya, saya jadi tertarik untuk ingin tau. Mulailah saya menggoogling lirik beserta sejarah lagu ini, yang artinya dalam terjemahan bahasa indonesia miriplah seperti lirik diatas, hanya saja saya ingin lebih mendetailkannya:

As the deer panteth for the water
So my soul longeth after thee
You alone are my heart's desire
And I long to worship thee

Longeth  dan long disini yang dipakai adalah kerinduan yang dipakai yang jika kita tidak bertemu, kita akan mati. berbeda dengan miss yang artinya rindu juga, hanya saja miss itu dipakai ketika kita merindukan seseorang yang jika kita tidak bertemu kita masih tetap hidup. Daud memilih kata tersebut dengan baik dengan perumpamaan rusa yang merindukan air. 
Rusa yang kita tau, biasanya merupakan binatang lemah yang menjadi incaran singa atau harimau. bau rusa yang begitu khas membuat rusa mudah di kenali oleh predatornya, karena itu rusa harus menemukan air, berenang didalamnya agar baunya hilang dan terselamatkan dari perdatornya. sehingga ungkapan Daud itu sangat benar. Ia akan mati jika ia tidak bertemu Allah

    reffrain:
    You alone are my strength, my shield
    To you alone may my spirit yield
    You alone are my heart's desire
    And I long to worship thee

di refrainnya udah umum kita dengar ya, Engkaulah satu-satunya kekuatan dan perisai, kepada Engkau satu-satunya kuserahkah jiwaku, kaulah satu-satunya keinginan hatiku dan aku rindu untuk memujiMu

You're my friend and you are my brother
Even though you are a king
I love you more than any other
So much more than anything

dibait berikutnya. Penulisnya sangat indah menulis dua pribadi yang sangat berbeda, Kaulah Sahabatku dan Saudaraku, namun Engkau juga adalah Rajaku, aku sangat mencintaimu lebih dari yang lain

I love you more than gold or silver,
only you can satisfy.
You alone are the real joy giver
and the apple of my eye.

Aku sangat mencintaimu lebih dari emas ataupun perak, dan hanya Engkau yang dapat memuaskan, hanya Engkau pemberi Kebahagiaan yang nyata, Kau adalah biji mataku.
Setelah saya mengerti arti dari lagu tersebut membuat saya terpana. dan saya ingin mengerti seperti apa lagu ini di buat dan penulisnya.
__________________________________________________________________________________
 
"As a Deer," yang ditulis pada tahun 1981, adalah salah satu lagu paling populer di musik Kristen (CCM) Genre kontemporer yang ditulis pada abad kedua puluh terakhir. Pencipta lagu ini adalah Martin J. Nystrom yang adalah penduduk asli Seattle, Washington. Setelah lulus dari Oral Roberts University, Tulsa, Oklahoma pada tahun 1979, ia menjabat penginjil sebagai musik dengan Kristus untuk Bangsa, Dallas, Texas dan menghasilkan album untuk Hosanna! Musik, Mobile, Alabama.

Lindsay Terry, dalam bukunya The Sacrifice of Praise: The Stories Behind the Praise dan Worship Songs Greatest of All Time (2002), menjelaskan tentang penciptaan lagu ini:

"Marty adalah seorang guru sekolah di Seattle, dan karena ia memiliki hari libur di musim panas, ia memutuskan untuk pergi ke Summer Term of Christ mewakili Nations Institute di Dallas, Texas. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, terutama dengan semua bahwa ia akan terkena mendapatkan penekanan ibadah sekolah.
 Dia lulus dari Universitas Oral Roberts dan ia sedikit kewalahan dalam pelayanan. Dia telah terlibat dalam banyak hal di sekolah, yang salah satunya adalah televisi ministry dari ORU. Semua studinya ditambah dengan banyak kegiatan lain dan menyebabkan stres untuk mengambil mengorbankan kehidupan spiritual Marty.
sejarah lagu as a deer Teman sekamar Marty di CFNI adalah seorang Kristen yang hidup yang menantang Marty untuk pergi sejenak (mungkin di suruh saat teduh kali ya?), berpikir itu akan membantunya pulih kegembiraannya. Marty mengambil tantangan, dan pada hari kesembilan belas puasa, ia menemukan dirinya duduk di piano di ruang sekolah, mencoba menulis lagu. Dia hanya bermain progresi akord ketika ia melihat sebuah Alkitab di kotak musik dari piano, terbuka pada Mazmur 42. Matanya jatuh pada ayat pertama dari pasal itu. Setelah membaca ayat tersebut ia mulai menyanyi pesannya, langsung dari halaman. Dia menulis ayat pertama dan chorus dari sebuah lagu, praktis langsung melalui. Seluruh lagu selesai dalam hitungan menit. "

Intinya, lagu ini di tuliskan ketika Marty mengalami terlalu banyak kegiatan, yang meskipun bertujuan untuk pelayanan kristus namun, jiwa dari Marty tersebut kosong. Saat itu Mr. Nystrom publik tidak bermaksud membagikan lagu tersebut pada publik, ia hanya berbagi dengan seorang teman di  Nations Institute sebelum kembali ke Seattle. Namun temannya diperkenalkan lagu tersebut ke orang lain di Institut, dan lagu itu menjadi favorit. Agak berbeda dengan website-nya saat ini, komposer tersebut justru telah menulis lebih dekat dengan 250 lagu. Ia banyak melakukan perjalanan di Amerika Serikat dan Asia, berpartisipasi dalam konferensi dan retret.

Sebagian besar lagu Mr. Nystrom ini terdiri sebagai syair tunggal. Penyusun Hymn di Canada United Church Voices, Inggris (1995) meminta Lydia Pederson menulis dua bait tambahan untuk parafrase sisa mazmur. Pedersen adalah mantan direktur musik di Royal York Road United Church di Toronto, dan anggota aktif dari Himne Masyarakat di Amerika Serikat dan Kanada. Kemudian ada tambahan di dua bait muncul dalam Kovenan Hymnal: A Worshipbook (1996).

Para editor dari buku kidung kemudian meminta bait tambahan karena mereka merasa bahwa lagu asli merasa tidak lengkap bila dilihat dalam konteks seluruh mazmur. Pilihan dari Mazmur 42 mengikuti:

"Jiwaku haus akan Allah, Allah yang hidup; kapankah aku dapat datang dan muncul dihadapan Allah? Air mataku menjadi makananku siang dan malam, sedang mereka terus bertanya, dimanakah Allahmu?" (Ayat 2,3 KJV)

"Aku akan berkata kepada Tuhan, Gunung batuku, Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa  aku berduka karena musuh-musuhku? Seperti pedang di dalam tulangku, musuh-musuhku mendekatiku; yang setiap hari bertanya padaku, Dimanakah Allahmu? 
Mengapa engkau tertunduk hai jiwaku? dan gelisah di dalam hatiku? Berharaplah pada Allah: karena aku akan memuji Dia yang membuat wajahku bersinar dan Tuhanku (ayat 9,10,11 KJV) 


Mr. Nystrom menghadiri sebuah konferensi di Korea pada 1990-an yang dimulai dengan 100.000 orang Kristen Korea menyanyikan lagunya. Saya pun turut tersentuh oleh lagu tersebut, jika saya merenungkan liriknya di tengah kebisingan dunia ini, saya seperti menemukan air kehidupan itu kembali. Selamat mendengarkan teman :)