Septie's Pages

Sunday, February 21, 2016

2 0 1 5

Akhirnya tahun 2015 berakhir, bukan hal yang mudah bagiku untuk melewati tahun ini, jika aku masih hidup sampai hari ini itu karena kasih setia Tuhan yang tidak pernah meninggalkan aku.
Dimulai dari awal 2014 dimana aku mengakhiri masa percintaanku dengan seorang pria yang kupikir akan menjadi jodohku saat itu. Dilahirkan menjadi anak tunggal bukan hal yang mudah buatku, disitu aku dididik dan di tempa menjadi pribadi yang benar-benar tegar. Orang tuaku sangat menyayangiku dengan cara mereka sendiri. Dengan penghasilan yang berkecukupan mereka dapat mengkuliahkan aku sampai tingkat profesi apoteker. Saat itu kami sekeluarga masih mengontrak disalah satu rumah kecil dibanjarmasin. Ketika saya lulus kuliah orang tua saya ingin sekali kami untuk bersegera memiliki rumah. Karena saat itu saya masih bekerja belum 1 tahun, maka saya belum diijinkan bank untuk mengambil kredit rumah. Hingga saat itu mantan saya dengan baik hati mengijinkan memakai atas namanya. Saya cukup tidak damai sejahtera memakai nama beliau. Tapi sudhlah itu keinginan orang tua saya.
Akhirnya di awal 2014 percintaan kami kandas tanpa sebab yang jelas, dia meninggalkan tanpa alasan jelas. Saat Itu saya benar-benar seperti orang gila, stress yang begitu mengerikan. Dari dulu saya sangat membenci perpisahan, entah dengan teman sahabat atau dengan siapapun. Dan saat itu saya pertama kalinya saya memiliki pacar, setelah beberapa tahun menjomblo. Dan saat itu pertama kalinya saya merasa patah hati.
Dia sudah pergi dan tertinggal kredit rumah atas nama beliau. Pusing rasaya, stress tak tertahankan di dalam kepala saya. Dan kemudian orang tua saya mengenalkan saya pada salah seorang pria di greja yang terkenal baik. Pendeta sayapun ikut turut andil menjodohkan saya, karena mereka pikir orang baik. Setelah itu tanpa saya berpikir panjang karena saya sedang stress saya pacaran dengan dia. Saya pikir pria itu dapat menolong saya saat itu. Namun bukannya menolong pria yang tanpa saya doakan terlebih dahulu justru menimbulkan masalah baru dala hidup saya.
Hari demi-demi hari perasaan saya di liputi ketidakbahagiaan, orang tuanya datang 3 kali kerumah dengan niatan yang tidak jelas, hari demi hari saya mencarikan pekerjaan untuk pacar saya saat itu, beberapa kali datang ke depnaker, membeli koran dan searching di internet. Saya berkelahi dengan orang tua saya. Terkadang saya menangis dikamar seperti benar-benar orang gila. Saya hanya akan bangun jika saya akan bekerja, dan uang yang saya dapatkan akan saya gunakan untuk melunasi rumah saya.
Ditengah-tengah kekalutan saya saat itu terkadang ada sms dari mantan saya yang menanyakan status rumah yang minta diover kredit. Jika saya memikirkan saya saat itu, benar-benar depresi saya. Belum lagi saat itu ada celetukan dari orang tua saya bahwa saya akan menikah, saya benar-benar gila, saya harus mempersiapkan uang untuk rumah dan menikah sedang kondisi pacar saya saat itu benar-benar tidak memiliki uang.
Hari-hari saya saya habiskan dikamar, menangis dan kondisi yang tidak dapat berdoa lagi. Kekalutan dan kegelisahan menghantui saya hari lepas hari. Beberapa kali saya kabur dari rumah hanya untuk menenangkan hati mereka.
Saat itu saya tidak dapat berdoa, tapi yang saya tau, Dia ada bagi saya.
Sampai akhirnya saya memiliki tabungan yang cukup. Dan saat itu saya berdoa "Allah akan saya apakan uang ini" dan sepertinya Allah memberikan saya hikmat untuk "membayar rumah nak" saat itu seperti ada perasaan damai sekaki di hati saya. Dan saat itu saya berpikir "benar biaya pernikahan urusan pria, saya hanya membantu sekedarnya saja, jika dia tidak memiliki sepeser uang, berarti dia belum siap menikah". Akhirnya uang yang ada pada saya saat itu saya pakai untuk melunasi rumah. Terpujilah Tuhan yang menyediakan itu pada akhirnya. Dia Allah yang mencukupi segalanya. Hingga di bulan september 2015 kredit rumah kamu dapat diselesaikan.
Dan di akhir 2015 Tuhan menyatakan kemuliaanNya. Dia menunjukan siapa sebenarnya pacar saya itu. Dibalik kerajinannya datang ke greja, dia bukab pria yang baik untuk dijadikan suami bagi saya. Terpujilah Tuhan atas semua yang terjadi. Dia melepaskan saya daripada yang jahat. Doa saya satu lagi terjawab.


Bapa kami yang ada di surga
Dikuduskanlah namaMu 
Datanglah kerajaanMu
Jadilah kehendakMu
Di bumi seperti di surga
Berikalah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
Dan ampunilah kami akan kesalahan kam
 seperti kami juga mengapuni orang yang bersalah kepada kami
Dan jangan membawa kami dalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
Sebab Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya
Amin


Jadi, apakah yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah? Kesesakankah? Ketelanjangankah? Penderitaankah? Diputusin pacarkah? Dikejar hutangkah? Dibohongin orangkah? Tidak ada satupun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah.

None of this fazes us because Jesus loves us. I’m absolutely convinced that nothing—nothing living or dead, angelic or demonic, today or tomorrow, high or low, thinkable or unthinkable—absolutely nothing can get between us and God’s love because of the way that Jesus our Master has embraced us.
Roman 8:39

Saturday, February 20, 2016

Dia Penghiburku

Malam ini saya sedikit diingatkan dengan bagaimana Allah menghibur saya saat awal saya putusan dengan mantan saya dulu. Kebiasaan saya adalah saya membagikan masalah yang sedang saya hadapi ke pembimbi
ng saya. Terkadang saya tidak dapat mengemban semua masalah dalam pundak saya seorang diri, saya butuh tempat untuk berbagi. Kemudian saat itu saya memutuskan untuk mengunjungi pembibing saya yang berada di semarang. Saya hanya berpikir pertemuan saya amat singkat dengan pembimbing saya. Saya berulang-ulang kali mengecek tiket saya. Sampai seorang teman menanyakan pada saya jam keberangkatan saya ke banjarmasin, setelah saya kembali mengecheck jadwal keberangkatan saya. Saya memastikan jam keberangkatan saya jam 5 sore. Setelah itu saya asyik ngobrol dan mendengarkan beberapa nasehat dari pembimbing saya. Saya menikmati masa-masa dengan mereka. Sampai akhirnya pembimbing saya mengantarkan saya untuk berangkat kebandara. Saya dengan santainya menuu tempat check in dan menyerahkan tiket. Namun pegawai bandara menyambut saya dengan sinis, yang saya kira itu adalah pertanyaan belaka "mbak tau sekarang jam berapa?" Saya pun mencari-cari letak jam dinding yang berada di airport, kemudian menjawab "jam 4 sore mbak". Kemudian pegawai bandara itu menjelaskan kembali dengan sinis "mbak, seharusnya pesawat sudah berangkat 1 jam yang lalu mb, untuk lain kali check in itu satu jam sebelumnya ya!" Saya hanya melongo tanda tak paham. Kemudian petugas bandara itu menyerahkan kembali tiket beserta boarding pass saya.
Kemudian saya perhatikan kembali dengan tiket saya. Ternyata!!!! Tiket saya jam 3 sore seharusnya saya berangkat, dan sampai di banjarmasin jam 5 sore. Saya langsung terperanjat lari menuju pintu keberangkatan, saya mengambil barang tempat pembimbing saya, tanpa kata perpisahan saya langsung pergi, berlari melawan arus dan tanda larangan. Sampai saya berada dipintu keberangkatan yang masih tertutup. Saya bertemu dengan petugas penjaga pintu dan mengatakan bahwa saya menuju banjarmasin. Sag petugas menenangkan saya dan mengatakan pesawat belum berangkat, sembari petugas menjelaskan ke saya, tiba-tiba ada pemberitauan bahwa seluruh penumpang pesawat dengan tujuan banjarmasin dipersilahkan menuju pesawat. Pintu pun dibukakan oleh petugas lain, dan saya menuju pesawat saya. Sesampainya di pesawat saya duduk di kursi no 2 tepat didepan pramugari. Dan saat itu saya hanya bisa berkata "thanks God"


Mungkin banyak yang akan bilang itu kebetulan, tapi bagi saya itu adalah berkat dari Tuhan. Itu adalah salah satu cara Tuhan menghiburkan saya. Bagi saya bertemu dengan pembimbing saya itu cukup sulit, jadi itu merupakan berkat tersendiri ketika saya memiliki waktu-waktu bersamanya.


Be better



Septie

Saturday, February 6, 2016

it's began on my knees

Malam ini ntah mengapa ada kegalauan dalam diri saya. Merasa ketakutan yang amat sangat dan bertanya-tanya adakah jodoh untuk saya? Saya menyalahkan orang tua saya karena dulu menolak seseorang yang sangat saya sayangi. Perasaan kosong, hampa dan sendiri.
Saya teringat akan tempat dari mana saya berasal. Dari debu dan tanah. Malam ini saya mengutarakan apa yang ada dalam hati saya kepada Allah. Yang saya inginkan adalah mengenal Dia, dan mengerti apa yang Dia inginkan dalam hidup saya. Saya memuji Allah dalam segenap kelemahan saya. Saya melihat lantai yang tepat untuk bertumpu, letak dimana seluruh kekuatan saya berasal. Dia paling mengerti hati saya. Saya sadar bahwa saya berada di tempat terindah yang pernah saya miliki, selama ini saya merasa bahwa saya hanya menjalankan tata ibadah sebagai seorang kristiani tapi selama 3 tahun saya merasa diri saya hampa, sangat jauh dari kasihNya. Malam ini saya merangkak mendatangi tahta kasihNya. Seorang penulis kisa cinta terbaik. Seorang penulis cinta Ruth, Ribka dan juga kisah cinta kakak-kakak saya.
Dia mengingatkan saya dan berkata "jika mantanmu tidak mencintaimu, Aku mencintaimu dengan sangat, Jika mantanmu meninggalkanmu, Aku sedetikpun tidak akan pernah meninggalkanmu" saya teringat ketika Dia disalib dan membentangkan tanganNya "sebesar ini cintaKu padamu" air mata saya berlinang, dan saya menangis di kirbatNya. How great You are Lord. Thanks for Your great love for me.
Dia meminta saya untuk menyerahkan polpen kisah cinta saya kepadaNya. Dengan tidak perlu kuatir akan hari esok, akan pasangan hidup saya. Ketika saya menangis menikmati hadiratNya. Saya di sadarkan bahwa, satu hal seorang yang akan menikahi saya adalah seorang yang begitu gilanya mencintai Engkau ya Tuhan. Orang yang bukan asing bagi saya ketika saya menangis dihadapanNya. Orang yang lebih sangat mencintai Dia daripada saya. Bukan hanya pria yang cukup secara finansial, tapi yang sangat mengasihi Engkau. Kadang saya bertanya dalam hati saya, masih adakah pria yang baik dan mengasihi Engkau diluar sana? Dan Allah hanya berkata "can u give me that pen?" I just say "I wont this pen, I want You" sampai di satu titik saya temukan "ya saya ingin mengenal Dia" itulah tujuan hidup saya. Saya ingin menjadi seorang wanita dengan penyerahan tanpa ragu. Saya belajar untuk mendisiplin hidup saya dan mengelola pikirn dan emosi saya untuk saya memikirkan perkara yang diatas dan bukan yang di bumi. Saya memerlukan Tuhan. Saya ingin bertemu dengan Dia kembali seperti waktu dulu dan menyaksikan kemurahannya dalam hidupku. Mari kita lihat apa yang akan Dia kerjakan dalam hidup saya. Di ingn saya berubah, begitu mudah bagi Dia untuk mendatangkan jodoh untuk saya, tapi Dia ingin membentuk hati dan karakter saya terlebih dahulu.



Beberapa hari yang lewat, saya mulai tertawa kembali "thanks God, You put smile on my face " tertawa yang benar-benar lepas tidak seperti yang biasa saya tertawa. Hanya sedikit lelucon dari teman kerja saya, saya baru tersadar, saya sudah lama tidak tertawa demikian. 

"Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya, supaya akhirnya aku memperoleh kebangkitan dari antara orang mati"
Filipi 3:10-11

Thanks God for Your embarrassed