Septie's Pages

Wednesday, January 18, 2017

Review Buku: Semua Melawan Ahok (Denny Siregar)

Judul Buku:Semua Melawan Ahok
Penulis: Denny Siregar
Penerbit: Mitra Media Mustika
Cetakan: 1, November 2016
Jumlah Halaman: 150 halaman
Daftar Isi:
Komunikasi gaya Ahok
Seorang Ahok
Si Cina Ahok
Bentrok di Kampung Pulo
Balada si Taik
Politikus mie instan
Agama iwak peyek
Ustad Ahok
Drama di Kalijodo
Kembalinya sang Jendral
Perang urat syaraf
Kelirumologi
Ahok, Ridwan kamil dan Risma
Membela Ahok
Semua karena Fauzi Bowo
Bisakah Anies melawan?
Salahkan pada yang kafir saja
Ahok: nikmat manalagi yang kamu kafirkan?
Jika saya Ahok
Tiba-tiba jadi pada lebay
Cari panggung di luat batang
Kampanye para sempak pink cerah
Kaum salaki, salahkan semua pada basuki
Profil penulis

Akhirnya satu buku ini sampai juga di rumah. Buku karangan Denny siregar yang harganya gak seberapa ini akhirnya sampai di rumah (dibandingkan dengan beberapa buku import yang saya punya *sombong dikit). Hanya buku ini belum terdapat di toko buku, dan saya langsung pesan dari penerbitnya. Tapi meskipun saya pesen langsung ternyata saya harus sabar menunggu karena buku terbitan pertamanya sold out. Langsung santap malam itu juga.
Siapa sih Denny siregar ini? Sebenarnya dia seorang yang baru terkenal dengan tulisannya, karena akhir-akhir ini tulisannya banyak menulis tentang seseorang yang sangat kontroversial. Beliau terkenal dari tulisan-tulisannya di facebook, dan media sosial lainnya. Karena begitu banyak pengikutnya akhirnya banyak yang meminta kepadanya untuk menerbitkan buku ini. Saya termasuk penggemar tulisannya, tulisan politik yang seharusnya dikemas dengan tata bahasa yang resmi, teratur dan baik, terkadang Bang Denny ini menuliskan dengan gaya bahasa yang kocak.
Setiap membaca tulisan-tulisannya seperti sedang ngopi bersamanya. Ngopi adalah gaya bahasa yang memang diangkatnya, dan menjadi ciri khasnya. Tak lazim di setiap tulisanya ada bahasa "seruput". Dia mengemukakan pendapatnya dengan baik. Jika di era reformasi ini banyak orang mengemukakan pendapat dengan cara-cara demo terlihat anarkis, Bang Denny berpendapat dengan tulisannya.
Jika Ahok adalah seorang penggebrak dibidang politik, kalo Bang Denny ini penggebrak dibidang berpendapat. (Extrim banget gk sih perumpamaan aku? Biarin sih blog-blog aku ya kan)
Tulisan politik yang harusnya berat untuk di baca, pria kelahiran medan ini mengemasnya jadi tulisan yang kadang lucu akan pendapat-pendapatnya.
Pandangan Bang Denny tentang Ahok dibuku ini adalah
1. Pak Ahok seorang yang bersih atau jujur. Seperti pada tulisan diawal buku ini. "Ahok menunjukkan dirinya sebagai orang bersih, bukan dengan slogan, tetapi murni tindakan. Ia melawan anggota DPR yang terbiasa korup dimana-mana dengan menggebrak meja, mencoret rencana anggaran mereka dengan spidol merah "Nenek lu"
2. Bang Denny banyak mengilustrasikan dengan gambar di buku ini, dan tau? Pak Ahok di gambarkannya sebagai apa? Seekor anjing, hahaha, karena memang Pak Ahok pernah berkata beliau adalah seekor anjing yang menjaga harta tuannya, para masyarakat jakarta.
3. Nerimonan, apa yah? Pak ahok tidak mencoba mendekati orang lain agar ke"china"annya tertutupi, tapi pak Ahok mengakuinya dengan berani "emang gue China, tapi gue lebih Indonesia daripada para koruptor itu" atau masalah agamanya beliau berkata "emang gue kafir mau diapain lagi?"
4. Celas-ceplos, asal nyablak kalo sama koruptor. Bang Denny nulisnya di satu judul "Balada si Taik". Dijudul ini para koruptor disebutnya "taik". (*tuh kan saya jadi ikutan nulis "taik")
5. Menyayangi rakyat kecil. Jadi pak Ahok itu dituliskan memanusiakan rakyat yang dianggap "taik" dan men"taik"kan anusia yang memang mentalnya "taik"
6. Ustad. Kali ini Bang Denny terinspirasi oleh pak Ahok karena beliau benar-benar menjadi contoh teladan ke"taat"an seseorang pada agamanya.
7. Pandai berpolitik dan melihat peluang dengan media sosial. Jauh sebelum menjelang pemilihan umum, setiap kegiatan Pemprov DKI sudah di sosialisasikan di media sosial, entah itu Youtube, facebook dan lain-lain. Itulah yang menyebabkan mesin pecarian google sudah terbiasa dengan nama Ahok. Sehingga saat beberapa waktu yang lalu ketika ada yang menyalahkan Ahok karena dianggap bekerja sama dengan Mbah Google (*Ngakak sendiri bacanya).

Ahhh baca buku ini jadi ketawa-ketawa sendiri, gokil habis dech Bang Denny siregar ini menulisnya. Cocok untuk para penikmat kopi dan tahu isi seperti saya.
Serupuuut dulu Bang...

Tuesday, January 10, 2017

Review Buku: AHOK by Jeffrie Geovanie

Teman minum kopi saya sore ini adalah buku Ahok. Cukup controversial sih memang tokoh ini, ada sebagian menyukai dan sebagian yang mencibir. Tapi yang jelas tokoh ini cukup menjadi buah bibir banyak orang. Dan bagaimana dengan saya? Boleh dong kalau saya sedikit jujur. Dulunya saya tidak begitu tertarik dengan orang ini. Karakter Ahok yang keras saat itu tertutupi oleh kelemah lembutan dan sifat humanis pak Jokowi, jujur saya dulu sangat simpatik sekali dengan pak Jokowi dan pak Ahok hanya sebagai pemanis, ibarat makanan pak Jokowi itu ice creamnya, sedang pak Ahok hanya topping nya saja, gak pake topping gak apa-apa "lumayan bisa lebih murah".
Waktupun berlalu akhirnya diangkatlah pak Jokowi menjadi Presiden dan pak Ahok jadi Gubernur, berita kembali diributkan dengan berita relokasi warga, RS Sumber Waras, reklamasi dan banyak macamlah. Mengikuti sepak terjang beliau memang ngeri sendiri hanya melihat dan mengamati, dan sampai hari ini saya menulis. Sepertinya orang itu memang adalah petarung yang tangguh yah. 
Pasti udah tau yah saya berada dimana? Saya seseorang yang sangat mengagumi karakter beliau sampai detik ini. Saya berharap ini tidak mengganggu persahabatan kita jika kita berbeda. Seperti fans artis, kita tetap berteman, bersahabat sekalipun kita mengagumi orang yang berbeda. Jadi buat yang enggak suka, udah enggak usah di baca.
Okaaai, balik ke buku ini yah:
Judul Buku : Ahok
Penulis: Jeffrie Geovanie
Cetakan 1: November 2016
Penerbit: Mediabaca Mandiri
Jumlah Halaman: 260
Daftar Isi:
Pendakian Ahok
Ahok dan Hal-hal yang belum selesai
Bagian 1: Mengenal Ahok
1. Siapakah Ahok
2. Apa adanya dan hitam putih
3. Mewarisi keberanian orang tua
4. Motivasi menjadi pejabat
5. Berpolotik dengan kebenaran
6. Politik keteladanan
7. Membangun politik akal sehat
Bagian 2: Bersama Jokowi
1. Fenomena Jokowi Ahok
2. Pilkada jakarta dan pilpres 
3. Pemimpin baru Jakarta
4. Pelajaran dari Jakarta (1)
5. Pelajaran dari Jakarta (2)
6. Angin segar dari pemilukada Jakarta
7. Fenomena kemenangan Jokowi-Ahok
Bagian 3: Ahok sebagai pemimpin
1. Modal sosial pemimpin
2. Fenomena Ahok
3. Anomali Ahok
4. "Kekejaman" Ahok
5. Cermati gaya komunikasi Ahok
6. Menggusur ala Basuki
7. Cara pemimpin menjawab ujian
8. Ahok sebagai simbol pemimpin
9. Nyali seorang pemimpin
10. Panutan Ahok sebagai pemimpin
11. Kekuasaan konstitusional Basuki
12. Menempatkan Basuki pada tempatnya
13. Menempatkan glorifikasi Basuki
Bagian 4: Ujiam berat Ahok
1. Perlawanan Ahok
2. Basuki, banjir dan kemacetan
3. Pelajaran untuk Basuki
4. Serangan bertubi pada Basuki
5. Diskredit Basuki
6. Ujian berat Basuki
7. Salah sangka pada Basuki
8. Para penantang Basuki
9. Ujian independensi Basuki
10. Menilai kinerja Basuki
11. Menjaga popularitas dan elektabilitas Basuki
Bagian 5: Impian Ahok
1. Menyelamatkan demokrasi
2. Keberagaman Basuki
3. Eksperimen politik Basuki
4. Nalar anomali Basuki
5. Anomali dukungan terhadap Basuki
6. Impian Basuki
7. Hidup bersih ala Basuki
8. Komitmen seoramg Basuki
9. Pilihan "tiket" Basuki
10. Menghormati pilihan Basuki
11. Menyelamatkan demokrasi dari demoralisasi
12. Membangun masyarakat berkemajuan
Daftar bacaan
Indeks
Tentang penulis
Fiuuuh selesai juga nulis daftar isinya, semoga bermanfaat utk teman-teman yang mau membelinya yah.
Awal dapat buku ini dari info para relawan Ahok tentang buku ini, dan karena buku ini di tanda tangani sendiri oleh pak Ahok sendiri, saya pun jadi exciting untuk membelinya. Dia tanda tangan kelar hidup lo. Berikut penampakannya:


Dari buku ini, awalnya saya roaming bacanya, karena buku ini buku politik yang pertana kali saya beli, okelah otak saya berjalan lebih lambat sepertinya. Di bagian awal banyak menceritakan kehidupan pak Ahok di masa kecil. Saya suka sekali bagian dimana beliau bersusah-susah dan mendapat motivasi dari ayahnya. Masa kerasnya ketika ia kecil membuat dia menjadi seorang petarung yang luar biasa saat ini. Sempet terharu juga membaca perjuangan ayah dari pak Ahok yang bernama bapak Kim Nam ini.
Menurut pendapat saya buku ini banyak kata pengulangan, sehingga untuk hal-hal yang sama di ceritakan beberapa kali. Kemudian lebih banyak menyorot kebagian politiknya, mungkin karena latar belakang penulis ini seorang politikus juga, sehingga lebih banyak menyorot bidang politiknya. Sedang untuk penulisan pribadi dan karakter serta perkataan Ahok sendiri jarang dituliskan.
Namun ada beberapa kata Ahok yang menarik untuk saya di buku ini:
Pada saat orang lain marah besar disebut kafir, Ahok justru mengatakan, "memang saya kafir, mau apa lagi"
Kata-kata ini sepertinya beliau menerima dirinya apa adanya, tanpa ada polesan atau keinginan untuk membenarkan diri. Kadang orang tidak menerima dirinya direndahkan, dan bagi saya kata-kata ini seperti pak Ahok menerima kelemahan dirinya dengan tangan terbuka, seperti orang yang dapat tertawa pada kelemahannya, dan bukanmenutupinya.
Adalagi kata beliau ketika beliau disuruh mengirimkan APBD yang sudah di manipulasi ke Mendagri. Dia dipaksa dan dia tidak takut, dia berkata "Saya tidak tega makan duit rakyat seperti itu. Sekalipun bukan saya yang makan. Saya disumpah untuk mempertahankan uang rakyat. Kalau saya harus terjungkal, tidak jadi gubernur pun saya puas. Dalam hiduo saya, saya tidak akan menghancurkan nurani saya."
Dari kata-kata ini, wow banget pokoknya. Komitmen dan integritas beliau terlihat jelas,beliau tau kepada siapa beliau bersumpah. Bukan kepada Jokowi, namun kepada Tuhannya.
Sekali lagi kata-kata humanisnya yang dia itu seperti manusia sebenarnya dan bukan malaikat. Dia kembali menerima cemoohan orang dengab tangan terbuka. Ketika orang mengatakan dia "anjing" dia hanya berkata " ya saya memang anjing. Saya ini anjing yang jagain harta tuannya. Saya memang anjing dan saya akan jaga harta majikan (rakyat) saya sampai mati.
Keren yah.... arrrrghhhh tidaaaak
Baiklah, sepertinya saya perlu mengikuti sidang ahok dulu
Thanks for reading :)

Sunday, January 8, 2017

Review Buku: Bunga-bunga di Taman Hati SOEKARNO

Entah jadi pengen nge-review malam ini. Kali ini bukunya rada beda. Karena kemaren saya barusan ke gra**dia, saya ngelihat di bagian biografi, kemudian ada satu buku tokoh yang nangkring disana. Sebenarnya buku ini udah saya baca sih, iyah, saya baca buku ini selesai di gra**dia, dan saya suka buku ini. Sayang buku ini kayanya gk sah kalau belum saya review yah. Akhirnya boleh juga dech buku ini dijadikan koleksi buku sejarah. Boleh dong suatu saat di ceritakan pada anak cucu tentang sejarah salah satu mantan pemimpin negara Indonesianya. Ok dech, check it out aha langsung penampakannya.


Judul buku: Bunga-bunga ditaman hati Soekarno, kisah cinta Bung Karno dengan 9 istrinya.
Penulis: Haris Priyatna
Cetakan 1: Maret 2015
Penerbit: Literati imprint
Jumlah halaman: 184
Daftar isi:
Pengantar penerbit
Pendahuluan
1. Bunga-bunga Masa Perjuangan:
    Siti Oetari
    Inggit Garnasih
    Fatmawati
2. Bunga-bunga Nan Mekar Pasca Merdeka:
    Hartini
    Kartini Manoppo
    Ratna Sari Dewi
    Hariyatie
    Yurike Sanger
    Heldy Djafar
Kepustakaan
Tentang Penulis

Awalnya rada aneh juga, "apaan sih baca buku tua begini, banyak buku lebih menarik" tapi aku kan kepo dengan buku-buku wanita githu yah, akhirnya langkah kaki ini pun terhenti di buku ini. Membaca beberapa lembar. Ehhhh, baru terasa setelah kaki ini pegel berdiri. Celingak celinguk akhirnya dapat dech kursi kosong untuk duduk. Tak terasa air mata ini mengalir (*ahhhh emang baperan dech) akhirnya beberapa jam berlalu, habis dech satu buku ini. Pasti taukan alasannya, bukunya bagus bingiiit.
Entah mengapa Bung Karno sangat menyukai wanita. Ada yang bilang sih, karena Bung Karno mencintai keindahan, jadi gak bisa ngelihat yang indah dikit, udah demen dech pengen di embat.  Tapi dibalik itu semua para wanita itu juga mungkin gk bisa lihat kharisma Bung Karno yang indah itu, jadi rela dech di embat meski beliaunya udah beristri, ya kan?
Jadi dibuku ini menceritakan semua kisah cinta Bung Karno, dari daftar isi aja kita bisa tau siapa aja istri Bung Karno. Awalnya saya cuma tau istri soekarno itu yah si Ibu Fatmawati itu, setelah saya telusur ternyata ada banyak istrinya dan ibu Fatmawati itu adalah istri ketiganya. Dan sebenarnya yang menemani Bung Karno di masa - masa perjuangan adalah ibu Inggit Garnasih.
Meskipun ibu Siti Oetari adalah istri pertama namun saat itu Bung Karno belum memulai masa perjuangannya, menurut cerita di buku ini sih dia dan ibu Siti Oetari saat itu di jodohkan, dan menurut pengakuan Soekarno saat mendekati bu Inggit, Soekarno belum pernah menyentuhnya. melainkan lebih seperti adik kakak. Saat itu Soekarno masih kuliah di salah satu universitas yang saat ini di kenal dengan nama ITB. Dia bersama ibu Siti Oetari menyewa kamar kost di rumah ibu Inggit yang saat itu sudah memiliki suami bernama pak Sanusi. Setelahnya Bung Karno dengan berani melamar istri orang lain. (*ngeri banget kan?)
Ketika bersama bu Inggit Garnasih Bung Karno memulai perjuangannya. Bu Inggit yang paling banyak menghabiskan masa-masa susah bersama Bung Karno. Dan Bung Karno sangat menyayanginya saat itu. Meski akhirnya dia memiliki banyak istri, Bung Karno kehilangan wanita yang sangat di cintainya, bu Inggit dan Fatmawati, dua wanita ini tak mau diduakan.
Jujur saya sebagai wanita sangat tertarik dengan dua pribadi istri Soekarno ini. Saya tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaan mereka berdua, memang Ibu Inggit mengambil suami orang, namun pada akhirnya dia merasakan bagaimana rasanya suaminya diambil. Sangat berbeda dengan para wanita setelah masa perjuanngya. Mereka rela saja berbagi suami.
Mengapa soekarno meninggalkan ibu Inggit? Selain naluri prianya, Soekarno ingin memiliki keturunan yang tidak bisa didapatkan dari bu Inggit karena mandul. Padahal Soekarno sudah tau kalau bu Inggit mandul sebelum mereka menikah. Saya gak bisa bayangkan di posisi bu Inggit dengan suaminya seperti itu dan keberadaannya tidak dapat melahirkan seorang anak. Syedih ade bang...
Ahhh sudahlah, intinya buku ini recommended kog, bagus untuk di baca untuk menambah wawasan atau sekedar teman menghabiskan secangkir kopi, atau juga untuk berdiri di toko buku.