Burung-burung pipitpun ikut tertawa gembira menyambut datangnya pagi. Aku melayangkan pandanganku ditengah-tengah padang, tepat dimana bunga cantik Morning glory yang memberikan sentuhan warna ungu tepat ditengah hijaunya padang. Siapakah sang pelukis ini yang melukiskan detail warna ungu ditengah-tengah hijau? Dia bukan saja pelukis yang agung, namun pemelihara seluruh alam semesta.
Sungguhpun alam ini dipeliharanya dengan baik dan dilukisnya dengan indah, hanya manusia yang mengotori dan merusak. Bahkan kadang akupun tidak setertib burung-burung itu menari, bahkan hanya untuk membuang sampah pada tempatnya.
_______
Siang itu wanita samaria datang ke sumur dimana Yesus sudah ada mendahuluinya. Bukan tanpa alasan dia datang kesumur pada siang hari, mungkin wanita itu datang menunggu saat semua gadis sudah tidak pergi kesumur, karena dirundung rasa malu akan masa lalunya atau mungkin memang dia sedang kehabisan air siang itu dirumahnya. Tapi.... Bukankah itu semua dalam kontrol sang pemilik semesta? Dia yang mengatur wanita samaria ini untuk datang kesumur? Seperti Allah mengatur burung-burung untuk terbang dan Morning glory ditengah padang??
Seperti kura-kura yang tidak protes akan gundukan dipunggungnya, bahkan dengan setia membawa gundukan itu kemanapun dia berjalan. Seorang wanita yang sadar akan dirinya memang sungguh elok dipandang. Wanita yang tak disebutkan namanya ini merupakan seorang wanita yang sadar akan dirinya, dan menerima dirinya sebagai seorang "wanita samaria".
Dia sadar bahwa orang yahudi tidak mau bergaul dengan orang samaria. Bahkan di awal pembicaraannya ia justru menegur Yesus, dengan berkata "bukankah orang yahudi tidak bergaul dengan orang samaria?" disini ia hanya melihat Yesus sebagai orang yahudi. Sikap rendah hati yang dimilikinya pun terpancar dari apa yg dia ucapkan. Dalam bahasa yang lebih simple seperti mengatakan "Tidak layak aku berbicara padaMu, aku ini seorang wanita samaria"
Kekaguman saya berlanjut dengan sisi logic sekaligus ketulusan atau keluguan wanita ini. Dengan polosnya dia berkata "Bagaimana tuan memberi aku minum? Sumur ini dalam dan tuan tidak memiliki timba?" Pada kalimat ini bukan saja sisi logic dia saja yang terlihat, tapi bagaimana ia peduli akan kebutuhan orang lain. Dia mengerti Yesus akan memberikan dia minum, tapi Yesus saat itu tidak memiliki timba.
Pada kalimat yang lain, pada jawaban wanita tersebut "Aku tidak memiliki suami" yang merupakan ungkapan jujur, simpel dan benar terhadap dirinya, tanpa ada yang ditutupi. Dia tidak berkata sebaliknya "Baik, akan ku panggil suamiku dulu" tanda dia menutupi dirinya, atau dia justru curhat panjang lebar "Jadi aku sudah menikah 5 kali dan suamiku bla.... bla... bla" tanda dia membutuhkan membenarkan diri atau mencari pembenaran pada Yesus. Dia hanya berkata "Aku tidak memiliki suami" dan kalimat itu justru membuat Yesus membenarkan apa yang dia katakan.
Sisi pengenalan dia akan Yesus pun bertambah. Pada awal bertemu Ia memandang Yesus hanya seorang yahudi, kini Ia mengenal Yesus menjadi seorang Nabi. Setelah Yesus mengatakan "Benar apa yang kamu katakan, kamu memiliki 5 suami dan pria yang bersama denganmu bukan suamimu"
Dilanjutkan dengan ketaatan ibadah wanita samaria ini, sekalipun sebagai samaria, ia menanti datangnya Mesias, yang akan menerangkan segalanya. Kerinduannya akan Mesias, membuat sang Mesias membuat agenda khusus bahkan untuk datang, bahkan sekalipun ada jalan lain, Mesias tetap "Harus" melewati samaria, karena Dia ingin bertemu dengan wanita samaria yang sudah lama merindukanNya. Yoh 4: 4 "Ia harus melewati daerah Samaria".
Air mata sayapun menetes saat saya membaca akhir cerita ini. Yesus memperkenalkan dirinya secara personal kepada wanita samaria ini. Tanpa ada orang yang melihat. Dan Dia berkata tepat dihati wanita samaria ini. "Akulah dia yang berbicara kepadamu, Akulah Mesias". Ijinkan saya untuk menuliskan apa yang dalam benak saya dalam kalimat ini "Akulah Dia Mesias yang selama ini kau tunggu, aku datang dan aku sangat mengasihimu, Aku tau apapun tentang hidup dan hatimu, Kau mulia dan berharga dimataku, untuk itu aku datang ditengah jadwalku yang padat. Aku sangat mengasihimu"
Alasan mengapa wanita samaria ini tidak dituliskan namanya juga cukup menarik perhatian saya. Dia bukan seorang wanita yang ingin di ekspose atau ingin mendapat pujian, mungkin saat yohanes ingin menuliskan kitab ini dan meminta wanita samaria ini menceritakan, wanita Samaria ini justru tidak ingin namanya di tuliskan, dan berkata "Biarlah aku.... Biarlah aku menjadi seorang wanita "Wanita Samaria". Baginya Mesiasnya yang termasyur jauh lebih penting daripada nama baiknya.
Disiang yang terik itu, telah mengubah seorang wanita yang dulunya di tolak dimana-mana, menjadi seorang wanita yang di terima oleh seorang pribadi, bukan seorang Yahudi, bukan pula seorang Nabi, tapi lebih besar dari yang dia bayangkan, seorang Mesias. Bagaimana tidak ia tidak menceritakan hal tersebut ke orang-orang? Air kehidupan dihatinya meluap-luap penuh untuk di alirkan ketempat yang lain. Dan air kehidupan itu mengalir deras semakin jauh ketempat kemana sang pencipta itu ingini. Dan sampai di sini, di siang ini. Dimana saya menuliskan ini. Dan akan mengalir kemanapun si Pemberi air kehidupan ingini.
Siang semakin terik...
Air mengalir semakin deras...
______________
As a deer patern for a water
so my soul longeth after Thee
You alone are my heart desire
and i long to worship Thee
No comments:
Post a Comment