Aku rapikan letak
maskerku sembari berjalan, setelah asyik mengobrol dengan seorang barista yang
dengan semangat menjelaskan jenis-jenis kopi. Ya paling tidak perjalanan ini
mengajarkan aku bermacam-macam jenis kopi ada latte, espresso, double espresso, macciato dll. Ini perjalanan pulang dari samarinda ke Banjarmasin via Balikpapan. Perjalanan
dari samarinda menuju balikpapan pun cukup menyenangkan, aku mencoba tol yang
baru selesai dibangun, pemandangannya cukup berbeda dari tol-tol yang ada di jawa
sana, banyak sisa-sisa galian dan tumpukan tanah di pinggir-pinggirnya, banyak
juga jembatan gantung milik perusahaan tambang batubara yang memang menjadi
penghasilan utama penduduk area kaltim. Aku duduk disebelah sopir taxi argo
saat itu, seorang cukup umur yang minta dipanggil pakdhe, pria dari tanah
suroboyo ini cukup sopan, meskipun diawal wajahnya terlihat menyeramkan.
Perjalanan samarinda-balikpapan menjadi menyenangkan diiringi lagu dangdut
koplo untuk menghibur pakdhe sembari menyetir.
Perjalanan pergi sebelumnya dari arah Banjarmasin-samarinda
aku bertemu dengan seorang pilot, menceritakanku banyak hal dari hal terbang
menjadi penguasa angin hingga foto anak-anaknya yang masih kuliah, meskipun
diakhir cerita dia minta di panggil “mas” meski
lebih tepat aku panggil “bapak” karena seusia bapakku.
Ya yang kusukai dari sebuah perjalanan adalah mematikan
handphone dan berkenalan dengan orang baru. Bagiku aku seperti membaca sebuah
buku saat aku bertemu dengan orang baru, melihat dari sudut pandang orang itu
tentang hidup, dan hal baru yang didapat dari perjalanan hidupnya.
Samarinda….
Ntah alasan apa perusahaan menginginkan aku di mutasi
sementara ketempat ini, apa kesalahan yang sudah kubuat pada perusahaan hingga
aku dimutasi seperti ini. Jujur saat itu aku cukup tidak respect dengan
beberapa orang yang menurutku mengambil keputusan yang salah. Keras kepalaku
yang tetap mengatakan kebenaran yang membuat aku dimutasi. Pikiran itu yang
selalu menghantui selama perjalananku yang menyenangkan.
“TANTE TIYAAAANNNNN!!!!!”
Teriak pelangi menyapa saat aku datang disamarinda. Memberi pelukan
hangat padanya. Mas Andri yang menjemputku pun tersenyum gembira.
“Loh angi gk sekolah??”
“gk, kan sudah pulang”
Kami bercerita panjang lebar, hingga Mas Andri mengambil
mobil dan 2 keponakan lain didalamnya kirana dan bintang
“TANTE TIYAAAANNNNNN!!!!”
Teriak mereka kembali menyambut kedatanganku. Didalam mobi
Angi memberikan sesuatu padaku, buku unicorn buatannya sendiri dan sepucuk
surat cinta. Ahhhhhh ini alasan aku datang kesamarinda.
Beberapa kali video call atau telp dengan mereka. Mereka menanyakan
“kapan tante tiyan kesamarinda??” aku hanya menjawab simple “nanti kalau tante
tiyan punya uang, tante nabung dulu yaaah” sembari dalam hatiku “kapan yaaa?”
Diakhir weekend selalu aku habiskan waktu dengan mereka,
menjadi kesenangan tersendiri bermain dengan mereka dan bahkan menghadiri ulang
tahun Bintang.
Tuhan sepertinya mendengar doa-doa mereka. Bukan dengan uang
tabunganku, justru dengan uang perusahaan dan amarah Area Managerku saat itu.
Dan aku dikembalikan ke Banjarmasin, tepat sebelum wabah
corona ini datang.
Bagaimana tidak Allah tidak mendengar apa yang kamu doakan? Bahkan
doa anak kecil yang tidak terucap pun didengarnya, “ANAK KECIL?” Tentu bukan….
Semesta tepatnya
Pelangi, Kirana, dan Bintang
Kutarik koperku dengan langkah pasti, menghela nafas...
"Mission complete!! What next???"
O Lord, My God, When I in awesome wonder
Consider all the worlds Thy Hands have made
I see the stars, I hear the rolling thunder
Thy power throughout the universe displayed
Then sing my soul, My Saviour God, to Thee
How Great Thou art, how great Thou art
Then sing my soul, My Saviour God, to Thee
How Great Thou art, how great Thou art