Akhirnya aku berjanji pada diriku sendiri untuk menutup salah satu media social yang aku punya yaitu Instagram. Setelah pemikiran panjang yang harus aku lakukan, akhirnya aku menutup platform medsos tersebut. Banyak teman yang protes saat aku mengatakan aku mundur karena kadang aku melemparkan candaan lucu dalam hidupku di media social tersebut.
Mengapa keputusan itu aku ambil?
Karena aku ingin memberi tanpa ada yang mengetahui, aku ingin bahagia dengan diriku sendiri tanpa ada yang tau, aku tidak ingin waktuku habis hanya untuk memilih foto mana yang bagus untuk ku unggah, atau sekedar scroll status teman-temanku tanpa aku menyapa atau sekedar menanyakan kabarnya. Emosiku cepat mudah berubah sedih, dan gembira dalam hitungan detik saat jariku tak berhenti scroll, dan stalking.
Saat itu pula aku sedang focus membangun bisnisku. Disaat semua orang sedang sibuk scroll Ignya aku memilih memilikirkan bisnis onlineku yang sedang aku geluti.
Bagaimana aku sebelum menghapus IG?
Aku ingin tampil sempurna di media IGku, aku ingin membagikan kebahagiaanku dengan banyak orang, aku tidak bisa menerima jika aku dalam keadaan tidak sempurna tampil di IG seseorang.
Aku membandingkan hidupku dengan orang lain, dari segi pemikiran (saat orang-orang membagi pemikiran mereka), sari segi penampilan (saat mereka membagikan foto-foto yang cantik) dan dari segi apapun.
Membuat aku kesulitan tidur, meskipun tidak seutuhnya, namun aku merasa cemas saat aku akan beranjak tidur, aku sibuk dengan scroll, mengamati siapa yang melihat storyku atau siapa yang menyukai foto yang barusanku upload. Ahhh benar-benar hidup yang tidak seutuhnya berguna menurutku.
Bagaimana setelah aku menghapus IG??
Aku tidak memiliki beban social, kelakukanku yang hebring disegala tempat bisa lebih menjadi-jadi, wkwkwk, karena tidak akan ada yang menghujatku.
Aku memberi tanpa ada seorangpun yang melihat, dan aku hidup
Fokus jualan, dan cuan dong.
Dan menerima diriku seindah-indahnya aku, setiyan-tiyannya aku.
Kalau aku memang jelek ya memang jelek, kalau gak pinter masak ya emang gk pinter masak, gk pinter nulis ya memang gk pinter nulis, kalau memang aku berjuang untuk hidupku, ya memang aku sedang berjuang. Biarlah aku menjadi wanita biasa-biasa saja, wanita yang tidak sempurna, karena Dia yang Sempurna yang menyempurnakan segalanya. Terpujilah nama Tuhan.
No comments:
Post a Comment