Septie's Pages

Monday, October 28, 2024

Long Distance Married

 

Cek…. cak… cek…. cak 

Suara jam dinding dirumah mungil kami yang mulai terdengar, setelah kurang lebih 3 minggu aq tidak sadar akan suara detaknya. Rumah cemara ini sepi lagi, sesepi hatiku.

“Suamiku datang, suamiku datang, suamiku datang…” aq bahkan menciptakan lagu sendiri utk suamiku Ketika ia akan datang. Menjemputnya dibandara Samsudin N
oor Airport, aku bahkan sudah berada disana 1 jam lebih awal dan akhirnya saat waktu gelap pesawat yang dia tumpangi landing juga, dan aku selalu mengawasi Langkah kaki tiap orang yg datang lewat pintu kedatangan. Dan aku melihat seseorang pria bertubuh gempal, mengenakan kemeja dan membawa jaket dengan serabutan. Aku tau itu suamiku. Aku memberinya kejutan dengan menguntitnya dari belakang dan memeluknya.

Disitulah kegaduhan kami dimulai.

Dia cuti dari pekerjaannya selama 3 minggu, Papua. Ya, disana dia bekerja. Tempat yang jauh sekali.

Banyak hal yang kami kerjakan Bersama selama 3 minggu, aq bangun pagi dengan semangat, memasak dan menyiapkan minuman jahe yang aq beli sendiri dari toko penjual sayuran dekat rumah, pernah kami kehabisan jahe dan kamipun membeli di pasar Bauntung yang berada didekat rumah mungil kami.

Entah kenapa dia yg tidak pernah mau ke pasar dengan tiba-tiba mengajakku kepasar, kami berkeliling pasar seperti 2 anak yang hilang, hanya membeli 1 potong ayam dan beberapa bumbu dapur. Dia sendiri sibuk mencari buah sawo yang tidak ada di jual dipasar itu. Akupun hanya geli melihat kemauannya mencari sawo dan menuntunku kesana-kemari untuk mencarikannya buah sawo.

Kami Kembali dari pasar dan Kembali ke tugas inti kami, mendirikan pagar rumah. Kami berdebat tentang banyak hal, tentang model ini, model itu, pakai semen ini, pakai semen itu. Kami membuat cetakan no rumah yg terbuat dari streofoam bertuliskan 2, dan besok harinya kami serahkan ke bapak tukang. Kami sangat senang. Kami mencoba semen dengan merk ternama namun hasilnya kurang kokoh, dan kami Kembali menggunakan semen biasa. Kami berdebat, berkeliling kesana kemari untuk mencari roaster dan kami mendapatkan roaster dengan model terbaik.


Kami mengunjungi beberapa cafe saat persediaan makanan kami habis, kami memberikan nilai 1-10 pada setiap café yang kami kunjungi. Dan kami mengerjakan banyak hal disana.

Pada suatu pagi, westafel yang biasa utk aq mencuci ikan bocor, dan lantai dibawahnya jadi berbau amis. Pagi itu kami perang mulut, saat itu aku marah. Karena hari sebelumnya westafel itu baik2 saja. Namun karena ada tukang melakukan perbaikan malah menjadi rusak. Dan saat itu dia hanya diam saja saat tukang memperbaikinya. Aku menjadi marah sekali karena aq akan memasak dan semua terlihat sangat berantakan. Suamiku yang malang akan marahanku hanya terdiam.

Aku tau aku melakukan kesalahan pada orang yang sangat aku cintai.

Besok harinya, pipa itu tetap bocor. Tapi aku sudah menemukan cara dengan menampung air di baki plastic yg tidak terpakai, jadi menurutku itu sudah tidak menjadi masalah. Suamiku yang malang masih memikirkannya dan mengajakku ke satu toko bahan bangunan dan membeli kunci inggris, dia menenteng kunci inggris itu dengan pasti, dengan harga yg lumayan mahal menurutku. Dan aku tertawa geli bersamanya karena aku tau dia hanya bergaya akan memperbaikinya, dan selebihnya kunci inggris itu, hanya akan menambah pajangan kami saja. Dan benar saja, tukang juga yang memperbaikinya. Dan masalah pipa wastafelpun selesai.

Hari ini pagar yang kami pesan pun datang, saat dia sudah pergi. Dia hanya bisa melihat dari foto whatsapp yang ku kirim.

Dia pergi untuk Kembali, tapi aku benar-benar merindukan suara dengkurannya, senyuman, pelukannya, kesibukanku memasak, mencuci bajunya atau bahkan sekedar memakaikan handbody ditangannya saat kulitnya sangat kering.

Mungkin ini yang dinamakan jika menikah LDR itu sangat sulit, bukan hanya tentang sex, tapi hidup Bersama dengan orang yang kamu cintai itu sangat menyenangkan.

Jika ada Wanita diluar sana yang marah akan suara dengkuran suaminya, sebaliknya suara dengkuran itu yg aku rindukan.

“Cepetlah pulang sayang, aku merindukanmu”