Septie's Pages

Monday, February 27, 2017

Review Buku: Tuhan Dalam Secangkir Kopi

Gak sabar ngereview buku karya bang Denny Siregar ini.
Dapatnya buku ini saya memesan disalah satu toko buku online, berhubung ada tulisannya gede "dapet tanda tangan penulis" gimana gak langsung dech saya masukkan keranjang belanja tanpa mikir 10 kali. Saya pesen buku ini bersama buku "Jokowi si Tukang Kayu". Untuk buku "Jokowi si tukang kayu" belum sempat saya baca karena bukunya baru datang kemaren baru sempat hari ini baca buku Bang Denny dan langsung review. Woke langsung saya review ya.
Judul buku: Tuhan dalam Secangkir Kopi
Penulis: Denny Siregar
Penerbit: Noura Books
Cetakan: 1 Mei 2016
Jumlah Halaman: 199

Belum tau Denny Siregar? Pria ini bernama lengkap Denny Zulfikar Siregar. Banyak yang mengenalnya di Media sosial. Bang Denny ini banyak belajar menulis dari radio, salah satunya Radio Suara Surabaya. Tulisan-tulisannys tentang agama dan politik Indonesia banyak disadur oleh situs media. Banyak yang menjuluki Bang Denny ini penggiat dunia maya. Tulisannya yang kala itu sangat fenomenal adalah "Surat Cinta untuk ISIS" yang ditulisnya pasca bom Jakarta. Karakter tulisan Bang Denny ini selalu melibatkan kopi, karena Bang Denny sangat begitu terinspirasi dengan kopi yang tidak pernah menyembunyikan kepahitannya. Githu...
Balik ke buku ini lagi yah. Buku ini banyak menuliskan tentang Ketuhanan. Meskipun buku ini berlatar belakangkan agama Islam karena Bang Denny ini muslim, tapi buku ini sangat oke untuk di baca bahkan untuk bukan hanya orang muslim saja.
Seperti biasa ke khas an dari tuisan Bang Denny ini tulisan-tulisannya lumayan ringan jadi kita bisa baca sambil tiduran, makan, dan mandi boleh juga. Karena ini bukan bentuk tulisan novel ya, jadi dibuku ini terdiri dari 70 bab, jadi satu babnya paling banyak tiga lembar.
Banyak hal yang saya dapat dari cerita ngopi bareng Bang Denny ini.Bang Denny yang saya terawang (udah kek paranormal aja) dari tulisannya merupakan orang yang sudah pernah mengalami kesukaran dan kesedihan dalam hidupnya, sudah pernah mengejar uang atau harta, sehingga dia merasa uang dan harta bukan merupakan sumber dari kebahagiaan itu sendiri.
Bang Denny merupakan salah satu pengagum NU, sama seperti saya juga, saya menyukai beberapa dakwah-dakwah Emha Ainun Najib dan beberapa buku sastra tulisannya. Bang Denny Dibuku ini menuliskan kekagumaannya dengan jelas.

Ketika perama kali NU mengeluarkan konsep Islam Nusantara sebagai antitesis dari Islam ala Saudi, jujur, saya terpesona.
Emha membawakannya dengan gaya kampungan, bukan gaya padang pasir. Gus Mus menceritakannya dengan gaya tutur, buan gaya menghardik. Quraish Shihab menggiringnya dengan gaya filsuf, bukan gaya menuding. Mereka menyeret kembali gaya bercerita dengan model walisanga. Dimana Islam diterima dengan cinta dan terhormat. Amanah bukan amarah. Menyejukkan bukan menakutkan.

Saya melihat mereka "wow" merupakan orang-orang yang mau terus belajar. Selalu merendahkan diri mereka agar tidak terlihat tinggi. Mungkin saya perlu mengangkat kopi untuk mereka ini.
Eitttt.... tapi saya bukan Bang Denny yang menandakan tulisan saya selesai dengan memberi penghormatan dengan secangkir kopi. Masih ada sisi lain dibuku ini yang belum selesai saya bagikan.
Beberapa tulisan cantik dan ringannya

Kita menafsirkan kebahagiaan berdasarkan nafsu kita, sehingga kita tertutup dari apa yang dibutuhkan jiwa kita. Kita begitu sombongnya merasa bahwa rencana kita sempurna, tapi Tuhan-Karena sayang-Nya-menggagalkan semua apa yang kita rencanakan. Senyumlah, mungkin Tuhan hanya ingin "minum kopi" dengan kita.
Coba berdoa dulu sebelum berusaha. Minta kepada Tuhan untuk memberikan petunjuk apa yang harus dilakukan dengan kepasrahan total, karena engkau tidak mengert apakah yang akan kau lakukan nanti benar ataukah salah.
Manusia itu kadang-kadang suka memperlakukan Tuhan seperti pembantu yang bisa disuruh-suruh. Manusia yang berencana, Tuhan yang kerepotan.
Berteman dengan orang toleran itu menyenangkan. Mereka tidak peduli apakah mereka sesendok kopi atau dua sendok gula. Buat mereka, kenikmatan itu ketika semua seimbang.

Bukan hanya pemuja tokoh Nu, Bang Denny juga merupakan pemuja Ahok. Ada salah satu bukunya yang pernah saya review di bulan lalu yang berjudul "Semua Melawan Ahok". Dibuku ini Bang Denny juga menulis tentang Ahok.

Ahok mampu memaknai amanah di saat banyak pejabat melihatnya sebagai peluang. Ahok mampu memaknai hukum Islam, disaat banyak orang melihatnya sebagai kafir
Mungkin, jika Ahok adalah seorang dokter, seoramg pengacara, atau seorang ulama bersorban, dia akan melihat nikmat yang diberikan kepadanya sebagai bagian dari jalan menuju surganya, daripada kubangan kemewahan materi di dunia.

Dari tulisan Bang Denny ini saya melihat bang Denny orang yang mau belajar dan membuka diri. Wow Pria berusia 43 tahun ini saja masih ingin belajar. Lah gue?? Apa kabar??
Ahhh sepertinya saya perlu berguru dari Bang Denny dan Pak Ahok
Jadi mimpi ngopi cantik bareng mereka.
Mimpi lo!
Ahh Thomas Alfa Edison juga mimpi dengan keras kepalanya untuk menemukan sebuah lampu.

No comments:

Post a Comment