Begitu sering kita melihat orang dinilai dari seberapa barang yang ia pakai. Beberapa wanita justru melihat nilai dirinya seharga tas yang ia kenakan, yang harganya ber jutjut. Sehngga hidupnya dihantui ketakutan jika tasnya menghilang. Padahal keberhargaan hidup kita tidak ditentukan dengan barang mahal yang kita kenakan. Kita sangat berharga, karena kita sudah ditebus dengan darah yang mahal. Saya lebih menyukai barang yang sesuai fungsinya efektif dan efisien, tak perlu dengan harga yang mahal, jika itu sudah mencukupi kebutuhan saya itu cukup. Saya tidak perlu memikirkan kecemasan terhadap barang-barang saya jika hilang atau terjatuh, atau itu membuat hubungan saya dengan orang lain jadi menjauh karena harga tas saya. Keberhargaan saya dimata Allah itu tetap itu tidak dapat di tambahkan atau dikurangi. Tak dapat ditambahkan dengan perbuatan baik saya atau di kurangi dengan perbuatan buruk saya. Kasih-Nya memandang saya tetap, tidak berubah.
Jika pada akhirnya jika perbuatan saya menjadi tidak berarti, terlebih barang-barang yang saya kenakan itu semakin tidak berartinya di hadapan-Nya.
Ketika kita berbicara mengenai kesombongan maka kesombongan bukan hanya berbicara tentang seseorang yang bicaranya tinggi, kesombongan ternyata ada didalam diri kita, ketika kita memilih tidak taat, maka saat itulah kesombongan kita.
Diam-diam didalam diri sayapun menyimpan kesombongan, ketika saya dapat menguasai banyak hal dalam hidup saya, kecakapan yang saya miliki, kedisiplinan sampai satu titik tertentu, bagaimana saya mengatur keuangan dalam hemat saya. Hingga di satu titik saat ini saya melihat orang tua saya, dan nenek saya yang sangat saya kasihi. Saya akhir-akhir ini begitu sangat mengasihi mereka. Bahkan apapun saya lakukan untuk menyenangkan hati mereka.
Ketika saya melihat bagaimana mereka menua dan muncul uban putih di rambut mereka, saya seperti di sadarkan Allah, Allah berkata "apa yang dapat kamu lakukan?" Akan ada satu titik dimana mereka akan pergi dan saya tidak memiliki kekuatan untuk menahan mereka. Saat itu saya di sadarkan bahwa saya terlalu sombong untuk memikirkan mereka dan menyenangkan hati mereka.
Saya menyerah dihadapan Allah dan berkata "Yeremia 10:23 (TB) Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.
Saya menyerahkan orang tua saya dan nenek saya yang saya kasihi kedalam tangan Allah. Dan setiap masalah yang ada sekarang, saya serahkan dalam kendali-Nya. Apapun yang terjadi itu baik terjadi, dan saya ingin melihat bagian Dia bekerja. Lord, I surrender....
Kesombongan itu ada dalam hati kita, dalam bentuk yang samar dan tak terdeteksi. Memang apa salahnya jika saya menyenangkan hati orang tua saya? Itu tidak salah, namun itu menjadi salah ketika kita dapat melakukannya seorang diri tanpa Allah turut campur tangan dan itu menjadi salah ketika Allah tidak di senangkan. Dia bukan Allah yang hanya butuh pengakuan kita jika Ia berkuasa. Dia Allah yang ingin menunjukkan kekuasaan-Nya pada kita dalam tiap detail kehidupan kita. Dia bukan hanya Allah yang hanya peduli pada matahari, bulan atau bintang. Tapi Ia peduli bahkan dimana kita akan memotong rambut, bensin kendaraan kita yang akan habis, dan beberapa tagihan2 kita yang lain.
Murnikanlah hati kami, dan biarlah kami tetap hidup dalam kasih setiaMu yang besar....
No comments:
Post a Comment