Inginku ceritakan bagaimana mentari itu bersinar.
Selalu memberi dan enggan menerima.
Tak pernah lelah atau lupa untuk terbangun dari tidur.
Bersenyawa dengan angin dan Rumput dipadang hijau.
Memberi dalam ketenangan, melenyapkan kegelapan dan ketakutan malam.
Membangunkan lelap mimpi dan menjadikannya nyata.
Untuk hari ini katanya.
Besok adalah Sang Kuasa, pemiliknya.
Suara
kicauan burung yang indah terdengar indah setelah tadi malam hujan ditemani angin
kencang mengguyur cukup di kota ini. Banjarmasin. Candaan orang tua dan adikku
yang renyah pagi ini menggelitik hati. Ku buat kopi untuk diriku sendiri dan mulai menulis.
Saya pernah
bertemu beberapa kali dengan pasien yang bersikap kasar dan saya sering
menghadapi karyawan saya yang kasar atau marah. Kadang beberapa pasien complain
akan pelayanan kami yang kurang maksimal. Beberapa dari mereka biasanya akan
saya ajak untuk duduk dan saya mulai mendengarkan. Kadang saya juga merasa
marah dan kasar. Atau beberapa kali saya tidak menyambut seseorang dengan tidak
welcome.
Saya menjadi
bingung dengan diri saya.
Banyak yang
berkata “Jadilah dirimu sendiri” kamu tidak perlu menunjukan apa yang baik
dimata orang lain. Kamu tidak perlu sok suci. Sepertinya kata ini benar dan terkadang
saya menyetujuinya.
If you first concern is to look after yourself,
you’ll never find yourself. But if you forget about yourself and look to me,
you’ll find both yourself and me
Mathew 10:39 _msg_
Beberapa kali
saya merasa ingin diperhatikan, dan merasa marah akan perlakuan orang lain yang
“menurut saya” merendahkan saya.
Disuatu seminari
yang saya ikuti, disatu sesi kelompok sharing. Kami saling berbagi dan tertawa
terbahak-bahak menertawakan diri kami. Ada satu ibu yang membagikan tentang “menerima
apapun dengan tangan terbuka” bahkan ketika kita direndahkan orang atau
dipandang orang sebelah mata. Belajar untuk menerima dan bukan menolak. Ketika di
tolak karena kita bersalah atau berdosa ya terimalah. Dia membagikan bagaimana
keluarganya difitnah dengan hal-hal yang tidak benar. Sampai akhirnya mereka
belajar utk menerima fitnah yang ditujukan utk keluarganya.
“Jika
memang kami rendah, ya memang kami rendah, bersalah dan berdosa. Karena itulah
kami membutuhkan salib itu, karena itulah Kristus Yesus rela mati dikayu salib
utk kami’
Tidak ada
yang perlu dibanggakan.
Ada beberapa
teman dekat saya yang bercerai dan hidup dalam free sex. Beberapa orang yang
saya kenal cukup menjaga jarak atau memandang bahwa mereka bersalah. Saya mengerti
beberapa teman saya sudah cukup terlalu dihakimi dengan rasa bersalah pada diri
mereka sendiri. Mereka juga tidak mengininkan hal buruk tersebut terjadi dalam
kehidupan mereka.
Saya belajar
utk mengerti mereka. Dan saya senang sekali mereka cukup senang dan dekat
dengan saya, dan membagikan kisah hidup mereka secara terbuka dengan saya. Awalnya
mereka merupakan teman lama yang tidak pernah saling kontak, mereka sibuk
mengurus dunia mereka dan cukup tertutup dan tidak berani bercerita apapun.
Sama
seperti saya. Teman-teman sayapun membutuhkan kasih karunia salib kristus. Menerima
mereka dengan tangan terbuka, pelukan hangat dan senyuman itulah yang mereka
butuhkan dan bukan kata “seharusnya mereka tidak……”
Ketika saya
marah, saya emosi dan kacau itu bukan saya sebenarnya.
“Sebab kamu
telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar” 1 kor 6: 20
“Namun aku
hidup, tetap bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup
didalam aku”. Gal 2: 20
Rumah saya
yang berantakan, mata panda, rambut yang tidak terurus, makanan yang tidak
sehat, tidur yang berlebihan dan malas-malasan. Itu bukanlah diri saya. my self is must be full
with inner beauty the unfading beauty of a gentle and quite spirit, which is of
great worth in God sight. but it's not because of who i'm but of God's Grace
No comments:
Post a Comment