Septie's Pages

Monday, February 13, 2017

Review Buku: A Man Called #AHOK

Have doneeee..... 
Haha.. seneng bangettt hari ini sudah menyelesaikan buku ini. Sebenernya pengen banget beli buku ini. Tapi gue sih gitu orangnya. Banyak keinginan dan tanpa realisasi kerja nyata. Beda banget ya sama pak Ahok. Saya udah punya dua buku tentang pak Ahok. Terus... masa saya mesti beli buku tentang pka Ahok lagi sih. Beruntungnya tipe yang lebih sering mengkhayal seperti saya dan lama penerapannya itu kadang bisa dapat barang karena kelamaan mikir, ntah barang itu jadi murah atau gratis. Seperti kali ini buku yang saya dapat dari teman saya dengan judul "a man called #AHOK".
Sebenernya buku ini id tulis oleh Pendulung Ahok garis keras atau FBA (Fans Berat Ahok). Sebenernya saya ngefans sih, cuma saya bukan warga DKI saat ini ya sudah hanya bisa ngebantu twit atau sekedar baca-baca beberapa buku biografinya doang.
Langsung ke review bukunya yah..
Judul Buku: A man called #AHOK
Penulis: Rudi Valinka
Jumlah Halaman: 11
Karena yang saya dapat buku ini dalam bentuk pdf jadi untuk penerbitnya gak ada ya, buku ini sengaja dibagi-bagikan sebagai contoh dukungan pak Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan gubernur DKI jakarta tahun 2017. Mas Rudi ini demi menulis buku ini, beliau rela mengunjungi daerah belitung timur tempat kelahiran pak Ahok ini. Mas rudi rela mengunjungi teman-teman, guru-guru bahkan musuh-musuh politik beliau. Buku ini hanya berisi kumpulan twit @kurawa tentang perjalannya kesana. Karena kumpulan twit dan bahasanya mudah maka buku ini amat nyaman untuk digunakan sebagai bahan bacaan ringan yang bisa di baca tanpa kopi, dan sambil ngantuk pun bisa. Enak kog. Seperti kita membaca twitter aja. Di buku ini juga disertai beberapa foto yang diambil dari beberapa kejadian.
Kalau tulisan Bang Denny siregar itu bacaan dalam bentuk facebook dan blog, bila mas Rudi ini dalam bentuk Twitter nya. Cakeep..
Mas Rudy menuliskan twitnya dari berbagai pendapat, beberapa tulisan Mas Rudy yang saya kutip.
Dari kecil Pak Ahok memang sudah nampak mental petarungnya. Jika dia ingin, maka harus bisa. Sekolah pun dijabanin  walaupun masih belum cukup umur.
Teman sekolah: 
Saat Ahok tersenyum ketika di-bully, justru itulah poin yang membuat banyak orang  jadi segan kepada Pak Ahok hingga saat ini.  Cool. Meskipun ayahnya Ahok punya mobil, Ahok kecil nggak dianter-anterin. Katanya, Pak Ahok sudah punya jalan tikus sendiri dari rumahnya ke sekolah. Sejak kecil sudah ditanamkan rasa mandiri oleh orang tuanya.
Pak mus yang pernah menjadi teman sebangku Pak Ahok ketika SD mengatakan pengalaman yang paling lucu ketika mereka nyolong berenang di PT. Timah (rekanan kantor perusahaan ayahnya) Ahok saat itu tidak pernah ikut berenang, Ahok kecil hanya bertugas menjaga teman-temannya berenang. Menurut Pak Mus, walaupun Ahok tahu ini melanggar, tapi Ahok pula yang meng ingatkan teman-temannya untuk tidak kelamaan atau keseringan. "Alhamdulillah  belum pernah ketangkap", kata Pak Mus. Ini berkat kejelian Pak Ahok untuk menghitung waktu, dari kecil sudah nampak leadership-nya.
Sewaktu SMP Ahok kecil menjadi ketua osis. Kebetulannya istri Pak Mus yang bernama bu Erni ini juga merupakan teman semasa SMP Pak Ahok. Beliau mengatakan Ahok tidak pilih-pilih teman saat SMP. Bahkan, dikisahkan Bu Erni, Pak Ahok juga suka main karet dan gemar main voli bersama teman-teman wanita.
Adalagi Pak Sayono teman SMP Pak Ahok. Mas Rudi menceritakan bahwa kehidupan ekonomi Pak Sayono tidak se beruntung Pak Ahok. Selepas pulang sekolah dia harus menjaga adik-adiknya dan mencari nafkah jualan kue. Pak Ahok sering menyampaikan simpatinya kepada Sayono, karena jika Pak Ahok di posisi yang sama, belum tentu dia bisa unggul dari Sayono. Ada satu kejadian saat ulangan matematika. Pak Ahok pernah mencoba “nyontek” ke Joni. Di sinilah Ahok dinasihati Sayono yang lalu buat dirinya sadar. “Pak Ahok, kau kan anak tauke, pasti kalo besar nanti kamu pun jadi pengusaha, sementara pengusaha itu harus jago hi tung-hitungan agar nggak ketipu.” Nasihat inilah yang buat Ahok kecil pun berpikir. Karena hal ini Ahok sangat respek dengan Sayono. Berkat kejujuran pak Sayono, Pak Ahok mengingatnya dan menjadikan Pak Sayono plt. Kabid bansos, dan lepas dari itu Pak Sayono melanjutkan kuliah di Universitas Terbuka dan kini menjadi camat Gantung, tidak berpidah dan berwirausaha kecil-kecilan.
Para guru:
Pak Bachtiar, guru SMP Pak Ahok, mengajarkan mata pelajaran agama dan olah raga saat itu. Beliau sangat respek dengan Pak Ahok karena menurut Pak Bachtiar, ada satu momen terharu saat Pak Ahok menjadi anggota DPRD Belitung Timur, sedangkan Pak Bachtiar pindah kerja di Sekretariat DPRD. Saat itu ada acara sidang anggota DPRD, Pak Bachtiar bertugas menurunkan bang ku-bangku untuk tamu-tamu undangan. Saat itu Pak Ahok melintas lewat. Pak Ahok berhenti dan melihat Pak Bachtiar bekas gurunya. Lalu dia katakan "sudah pak biar saya yang kerjakan ini" Pak Bachtiar menolak. Pak Ahok terus memaksa agar dia yang kerjakan tugas Pak Bachtiar. Beliau pun terharu dengan sikap bekas muridnya ini. Di sinilah titik baliknya.  Padahal, menurut Pak Bachtiar, bekas muridnya banyak yang jadi pejabat. Namun, hanya Pak Ahok yang memiliki rasa hormat sedemikian tinggi. Setelah kejadian itu, Pak Bachtiar pun dengan sukarela menjadi bagian penting timses Pak Ahok saat jadi Bupati Belitung Timur. Dia yakin ini orang baik. Hormat kepada orang yang lebih tua dan guru-gurunya adalah kunci keselamatan Pak Ahok selama ini, katanya. Dia banyak di doa kan oleh orang yang ditolong.
Pak Nirwan guru biologi SMP Pak Ahok. Pak Nirwan berkata, semenjak sakit, setiap muridnya balik ke Belitung, dia pasti akan kunjungi dan besuk dirinya. Ahok bilang "kok waktu sakit nggak info" Pak Nirwan berkata, Pak Ahok selalu memberikan bantuan biaya berobat tiap bulan kepada dirinya untuk cuci darah akibat gagal ginjal.
Ibu Bundet guru SD pak Ahok. Ibu Bundet mengenal Pak Ahok kecil sebagai pribadi yang penurut dan tidak nakal. Dia cukup  surprise  di Jakarta Pak Ahok terkesan sbg “pemarah”. Setiap tahun, waktu tinggal di Belitung, saat Idul Fitri Pak Ahok selalu mengunjungi Bu Bundet, hingga akhirnya beliau bisa umroh.
Mantan pembenci Ahok:
Pak Kani ini seorang kepala desa yang sangat disegani warganya. Dia benci Pak Ahok karena alasan agama. Kemudian ketika pemilihan umum didaerah Pak kani ini yang mendapatkan dukungan paling rendah untuk Ahok, namun di daerah lain pak Ahok menang. Pak Ahok justru mendatangi desa ini terlebih dahulu dan mengucapkan bahwa Pak Kani justru lebih pintar dari pada pak Ahok, karena bisa menyainginya. Kemudian beberapa waktu kemudian Pak Ahok memberikan sumbangan untuk masjid yang akan dibangun didesanya tersebut. Disitulah mengapa Pak Kani sekarang sangat pro Ahok.
Pak Agung yang dinaikan haji oleh Ahok. Dia mengatakan di hati Ahok tersimpan kelakuan sifat seorang Islami walaupun Ahok bukan Islam, menolong tanpa pamrih, pemimpin warga yang teladan.baik. Pak Agung juga bercerita setelah pulang haji, dia ditugaskan Pak Ahok untuk mengasuh pondok pesantren milik Pemkab Belitung Timur yang baru dibangun.
Ahhhh saya sendiri lelah menuliskan banyak kebaikan yang dikerjakan pak Ahok untuk masyarakat dan orang disekelilingnya. Kira-kira mungkin perlu jutaan buku untuk menuliskan. Sampai sekarangpun penulis-penulispun datang bergantian menuliskan dengan banyak gaya bahasa mereka tentang pak Ahok.
Sampai detik ini, Pak Ahok Oke Oce...
Ehh..

No comments:

Post a Comment