Septie's Pages

Monday, September 12, 2016

Review Buku: Trusting in His Goodness



Judul buku         : Trusting in His Goodness
Penulis                : Mimi Wilson and Shelly Cook Volkhardt
Penerbit               : NavPress, Colorado springs, United States of America
Tahun terbit        : 2010
Jumlah halaman: 203
Bentuk Cover      : Soft Cover

Daftar isi:

Acknowledgement
Chapter 1: 360 Degrees of Absolute Goodness
Chapter 2: Out From Behind the Curtain
Chapter 3: Dancing in Life Giving Light
Chapter 4: Swept Off Your Feet
Chapter 5: Guilt Free and Spiritually Whole
Chapter 6: Radiant with Joy
Chapter 7: Becoming One
Chapter 8: Trusting in His Grip
Chapter 9: Beyond "Till Death Do Us Part"
Chapter 10: Shipwreeks Turned Gorgeous Coral Reefs
Chapter 11: Expecting Him to Show Up
Chapter 12: Enjoying the Rest
Notes
About the Authors
__________________________________________________________________________________________

Chapter 1: 360 Degrees of Absolute Goodness
Ketika banyak hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan terjadi dalam kehidupan kita. Bisakah kita dapat mempercayai kebaikannya? Tanpa kepercayaan diri yang kuat dalam kebaikan Tuhan., ini sangat mustahi untuk dapat membangun fondasi yang dapat bertahan dalam ketaatan, percaya, dan ketenangan jiwa kita. Jika kita tidak percaya bahwa Tuhan itu baik, kita akan mudah menjadi marah ketika kesulitan datang dalam kehidupan kita. Jika kita tidak percaya bahwa Tuhan itu baik, kita tidak dapat mempercayainya dalam seluruh kehidupan kita, kita tidak dapat menaatinya dalam segala sesuatunya dan kita tidak dapat mengucap syukur untuk setiap kesulitan hidup kits. Transformasi kemiripan kita seperti Kristua datang ketika kita menghidupi dalam kebaikan Allah, melihat segala sesuatunya dari kacamataNys. Ketika kita hidup dalam lingkar kebaikan Allah, ini akan mengubah cara kita menilai segala sesuatunya dalam hidup kita, baik dan buruk, keindahan dan kehancuran.
Ketika seorang wanita pertama meragukan kebaikan Allah. Ketika iblis mendekati Hawa dalam taman eden, dia memberikan pertanyaanya yang membuatnya fokus kepada buah dari pohon yang dilarang. Wanita tersebut akhirnya bertanya-tanya, "jika Tuhan itu baik, mengapa Dia melarang aku untuk makan sesuatu yang baik untuk aku?"
Apa yang akan terjadi jika Hawa menjawab iblis dengan "Lihatlah ke timur. Sepanjang matamu dapat memandang, aku dapat memakan buah disetiap pohon. Lihatlah keselatan. Sepanjang matamu dapat memandang, aku dapat memakan buah disetiap phon. Di utara dan barat, itu juga sama. Jadi mengapa aku harus duduk di bawah pohon dan terfokus pada buah yang todka dapat aku miliki?" Seperti Hawa, mata kita terlalu sering terfokus pada hal yang Allah todak ijinkan untuk kebaikan kita. Menjadi sangat terbatas, Hawa tidak dapat mengerti jalan-jalan Allah, tidak juga dengan kita.
Apakah Hawa hanya terfokus pada buah yang Allah katakan tidak dapat dimiliknya? Pohon-pohon baru diciptakan, dan buahnya adalah yang terbaik dari yang terbaik, warnanya yang cantik kaya dan mengundang.Disana terdapat berbagai macam variasi seperti apel, pear, alpukat, jeruk, lemon, melon, semangka, kiwi, stroberi dan banyak lagi. Hawa dikelilingi oleh 360 derajat kebaikan Allah, namun fokusnya terkunci pada satu hal yang tidak dapat ia miliki. Jika ia dapat berkomitmen pada larangan Allah, mungkin ia akan meletakkan buah terlarang kepada suatu prespektif meskipun ia tidak mengerti apa tujuan Allah. Jika Hawa memperhatikan perintah Allah, begitu sangat berbeda kehidupan Hawa yang akan terjadi! Dan begitu indahnya perubahan hidup kita jika ia melakukan hal itu.
Banyak dari kita tahu bagaimana hidup dalam kebaikan Allah. Mungkin kita mengerti secara intelektual bahwa Allah itu baik, dan  kita melangkah melewati setiap bagian kebaikan Allah, namun fokus kita seringnya hanya pada: kedaulatan atau pada cinta-Nya. Seperti Hawa, kita sering melihat pada apa yang tidak kita miliki dan memutuskan (banyak waktu tanpa sadar) bahwa Tuhan tidak cukup baik sejak kita tidak dapat memiliki apa yang kita ingini. Kita tidak dapat melihat jauh untuk melihat bukti dari ini. Wanita single meratapi tidak adanya seorang suami dan wanita yang menikah berharap mereka tidak memiliki suami yang mereka miliki. Wanita yang menderita penyakit kronis bersedih hati karena menjadi sakit. Wanita yang belum memiliki anak marah karena mereka infertile, dan wanita yang memiliki anak terlalu banyak merasa kewalahan. Beberapa wanita menginginkan berharap kulit mereka bercahaya, dan yang lain berharap gemuk dan yang lain tidak menginginkannya.
Ini bukanlah perasaan yang salah untuk merasa sedih dan berduka berlebihan pada hal-hal itu. Ini normal. Meskipunpun, ketika perasaan ini mendominasi kehodupan kita, kita lebih mudah terfokus pada hal-hal negatifdan mengijinkan mereka untuk bertumbuh menjadi besar dalam pikiran kita, dan mereka tak mengijinkan sesuatu yang baik. Konsekuensinya kita kehilangan arti sesungguhnya siapa Tuhan itu.

God Essence
Segala sesuatu yang baik itu lahir dari karakter Allah. Segala sesuatu yang baik datang dari Dia. Kita dapat melihat kebaikan Allah. Kita dapat melihat kebaikan dalam setiap kehidupan dalam keseharian hidup kita--dalam kesegaran mekarnya bunga mawar, senyuman cinta dari seorang teman, kemurnian bayi yang baru lahir, dan hadiah rasa, perpindahan dan aroma. Dan hidup itu sendiri. Arti dari kebaikan, ini adalah rasa sesungguhnya yang datang dari Allah karena Dia itu kebaikan itu sendiri.
Musa melihat Allah di jalannya yang belum di pahaminya sebelum Allah memintanya. Dia berdiri di hadapan Allah yang membakar semak. Dia yang mengirimkan tulah di mesir dan Dia melihat dari pinggiran laut merah terbelah menjadi dua. Dia berkemah di bawah embun yang turun dari gunung Sinai, sebelum dia meminta untuk melihat ke dalam karakter Allah. Dia mengalami pengalaman kehadiran Allah, namun ia merindukan lebih lagi. Dalam Keluaran 33:18, Musa meminta satu permintaan yang simple: "Sekarang tunjukan padaku kemuliaan-Mu"
Uniknya Allah menjawab.
Aku akan menunjukan seluruh kebaikanKu melewati didepanmu dan Aku akan menyatakan nama-Ku, Allah yang hadir. Aku mengasihi kepada siapa Aku akan menaruh hati-Ku, dan Aku akan menyayangi kepada siapa Aku mau menyayangi. Kau tidak dapat melihat wajah-Ku, karena tak ada satupun yang melihat wajah-Ku dan tetap hidup (Keluaran 33:19-20)
Kemudian Dia menambahkan,
Disana di tempat didekat-Ku dimana kamu dapat berdiri diatas batu. Ketika kemuliaanku melewatimu, Aku akan meletakkanmu erat-erat dan melindungimu dengan tangan-Ku hingga Aku melewatimu. Kemudian Aku akan memindahkan tangan-Ku dan kamu akan melihat punggungku; namun wajahku tidak dapat terlihat (ayat 21-23)
Ketika Musa meminta untuk melihat kemuliaan Tuhan, Allah meresponnya dengan menunjukan kebaikannya. Mengapa Dia melakukannya? Karena setiap sisi yang ada dalam karakter Allah adalah kebaikanNya. Kebaikan Allah adalah keindahan yang ingin Musa lihat.
Hal yang sama dapat terjadi kepada kita. Musa dapat mati ketika melihat langsung Allah, begitu juga kita. Tangan Tuhan harus tetap menjaga kita dari Kekudusan-Nya yang melimpah. Namun kita melihat melihat lebih kebaikan Allah dalam tangan-Nya yang menjaga kita. Kita tidak dapat mendekati Allah sampai Ia membuat itu mungkin. Yesus Kristus mati diatas kayu salib untuk melindungi kita dari dosa-dosa kita. Perlindungan ini yang mengijinkan kita untuk mendekati Allah tanpa takut mati. Musa melihat kebaikan Allah dengan perlindungan dari tangan Allah. Kita dapat melihat dalam dunia kita dan penderitaan kita tangan-Nya yang melindungi kita. Seperti Dia lewat di depan Musa, Dia lewat di depan kita hari demi hari dan mengijinkan kita untuk melihat siapa Dia.
Di hari berikutnya ketika musa bertemu menjumpai Tuhan
Keluaran 34:5-7 Turunlah TUHAN dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan nama TUHAN. Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat."
Seperti Musa disembunyikan di balik batu, dilindungi oleh tangan Allah, dia mendengar tentang pernyataan kebaikam Allah.Kebaikan Allah Itu untuk semua dan terlihat semua, tidak hanya satu orang yang dipilihNya. Matius 5:45 mengatakan " Dia yang menerbitkan matahari untuk orang jahat dan orang baik dan mengirim hujan kepada orang benar dan kepada orang tidak benar" tidak seorangpun hidup tanpa bukti dari kebaikan Allah. Sejak penciptaan dunia, Allah membuat dirinya diketahui bahwa Dia adalah penciptanya - kebaikannya sebaik diri-Nya -- Roma 1:20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan.
Ketika pemazmur berkata "Taste and see that the Lord is good" (psalm 34:8) Dia meminta kita untuk memberi perhatian kepada Dunia yang Allah ciptakan. Ketika kita melakukan itu membuat kita sadar akan kebaikkan-Nya.
Begitu sering kita makan dan tidak memberikan perhatian pada rasa makanan yang kita rasakan dan bagaimana itu terlihat. Sangat berbeda dengan para profesional tester anggur. Mereka dengan hati-hati dan menaruh perhatian pada sampel anggur di hadapan mereka. Mereka memegang gelas dengan tangan mereka dan dengan hati-hati melihat bagaimana aliran cairan itu memenuhi gelas. Kemudian mereka mulai membaui aromanya. Mereka menggulung anggur itu didalam mulutnya, dan menilai anggur itu. Mereka menaruh perhatian yang besar pada tekstur anggurnya dan bagaimana rasanya. Setiap sesekali mencoba anggur mareka membuat catatan. Memerlukan waktu, latihan dan fokus.
Tuhan memberikan banyak sekali rasa, warna dan tekstur untuk dinikmati. Tuhan dapat membuat segala sesuatunya hitam dan putih, namun Dia membuat makanan dengan beraneka warna. Kulit dari sebuah mangga, sebagai contoh kita dapat melihat hijau, kuning, jingga dan sesekali merah. Setiap kita melihat hal ini, kita dapat melihat pada wajah Allah dan mengekspresikan kerendahan hati kita pada kebaikan-Nya yang memberikan kita kaya akan variasi. Ketika kita melakukan hal ini kita membuat fondasi iman kita yang kuat pada kebaikannya. Semakin kita melihat bukti dari kebaikan Alah, semakin kita kuat untuk mempercayai-Nya dalam peristiwa sulit yang membuat kita ragu akan Dia.
Seperti Musa, kita dapat berseru, "Tunjukan kepadaku kemuliaanMu!"

No comments:

Post a Comment