Septie's Pages

Sunday, September 11, 2016

Review Buku: Tuhan Mengasihi Orang-Orang yang Hancur Hati

Hari ini tepat satu hari setelah hari kelahiran saya. Pagi ini terasa lain seperti biasanya, yang biasanya saya sudah dengan tangkas bersiap-siap pergi bekerja dan mengerjakan banyak hal. Namun pagi ini saya menikmati pergerakan saya yang lambat di karenakan saya terjatuh dan kaki saya terluka dan sedikit bengkak. Terkadang saya marah juga jika saya tidak bisa melakukan banyak hal dan ketika berada di greja saya tidak dapat membantu banyak hal. Namun, Saya sangat menikmati pagi ini, waktu untuk beristirahat yang Allah sediakan. Beginilah cara Allah membuat saya benar-benar beristirahat. Namun, Allah tidak hanya saja menyediakan waktu, Allah menyediakan piano yang dapat saya mainkan pagi ini, setelah lelah berlatih piano, dengan langkah kaki saya yang terseok-seok saya menuju dapur dan membuat secangkir kopi. Kemudian menarik diri saya keatas ranjang dan kembali membaca dan menulis. Di temani sebuah buku:

Judul Asli: God Loves Broken People
Judul: Tuhan mengasihi orang-orang yang hancur hati
Penulis: Sheila Walsh
Penerbit pertama: Thomas Nelson, Nashville, Tennessee
Penerbit Indonesia: Light Publishing
Tahun terbit: November 2012
Penerjemah: Marlina Nadeak
Jumlah Halaman: 241

Daftar Isi:
Pendahuluan: Tidak apa-apa untuk merasa tidak baik
Satu: Saya sedang tidak melambai: saya sedang tenggelam: ketika air yang dalam bertemu dengan kasih yang bahkan lebih dalam
Dua: Domba-domba yang terbuang dan kambing-kambing hitam: Seorang gembala yang mengejar para korban maupun penjahat
Tiga: Luka-luka lama memiliki ingatan yang baik: menemukan sebuah cara keluar dari kegelapan
Empat: Pertanyaan-pertanyaan yang memburu: hadirat dan damai sejahtera-Nya di malam-malam tergelap dan peperangan terpanjang anda
Lima: Bersembunyi, Berpura-pura dan pelarian-pelarian lainnya yang gagal: menghindari sebuah strategi lama yang tidak pernah berhasil
Enam: Apa yang bisa saya tau dengan pasti? Tiga kebenaran yang kuat untuk menjaga anda tetap berdiri, apapun yang terjadi
Tujuh: Sebuah kisah tentang dua teresa: Hikmat yang teruji oleh waktu untuk menangani rasa sakit yang terus menerus
Delapan: Kasih yang dasyat dan kasih karunia Halloween: Mengapa komitmen Allah yang garang kepada anda datang dengan kejutan-kejutan.
Sembilan: Tidak ada apapun untuk di lindungi, tidak kehilangan suatu apapun: Tiga pilihan ketika penderitaan memindahkan anda dari balkon panggung.
Sepuluh: Dipanggil kepada sesuatu yang lebih besar: Mengijinkan Allah untuk memakai penderitaan anda bagi tujuan surga yang mencengangkan
Sebelas: Hanya yang terluka yang bisa melayani: Bagaimana jika luka-luka anda membuat anda cocok untuk pelayanannya?
Dua belas: Rasa sakit yang kudus: Cara Allah mengubah luka anda menjadi sesuatu yang kudus
Tiga belas: Kristus yang hancur: Juruslamat yang memilih menderita... untuk anda
Penutup: Merindukan eden

Bagian yang saya nikmati adalah ketika Sheila Walsh membagikan tentang rasa malu. Rasa malu adalah rasa yang sangat wajar. Pada awalnya rasa malu itu tidak ada di bumi ini, hingga manusia pertama yaitu adam dan hawa jatuh kedalam dosa. Saat itulah rasa malu itu berasal dan membuat orang-orang yang melakukan sebuah dosa merasa malu.
Sayapun menjadi diingatkan ketika ketika saya kuliah dan saya diperkenalkan dengan kebenaran Allah dan apa yang benar dan yang harus saya kerjakan saat itu. Hingga di satu titik saya membuat kesalahan. Saya melakukan hubungan yang salah, dan saya tidak mendoakam hubungan saya terlebih dahulu, justru saya mengikuti keegoisan saya dan ketika hubungan itu berakhir saya diliputi rasa malu. Dan ya rasa malu itu memang ditimbulkan karena dosa yang kita perbuat.
Di buku ini Sheila Walsh memberikan saran praktis agar kita dapat menang dalam pertempuran kita melawan masa lalu tersebut:
1. Berbicara pada diri sendiri adalah hal yang normal. Hanya pastikan anda mengatakan hal-hal yang benar. Seperti mazmur Daud berkata "Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, berharaplah pada Allah"
2. Penuhi pikiran anda dengan kebenaran Firman Allah. Usahakan agar perlengkapan senjata kita harus memadai dan cukup untuk kita berperang. Pertama kita harus mengingat siapa Dia dan apa arti Dia bagi anda dan kedua anda harus mengingat siapa anda dan apa arti anda bagi Dia.
3. Buatlah diri anda disekeliling orang-orang saleh yang mengingatkan anda kepada kebenaran.
Sheila Walsh membagikan juga dengan kehidupannya yang dulu dihantui ketakutan, dia bersyukur ada suaminya yang takut akan Allah dan memanjatkan doa yang dikutipnya dari buku Richard Foster, Prayer:
Oleh otoritas Allah mahakuasa, saya meruntuhkan benteng-benteng setan dalam hidup saya, dalam kehidupan orang-orang yang saya kasihi dan dalam masyarakat di mana saya tinggal. Saya mengambil bagi diri saya senjata kebenaran, keslamatan, firman Tuhan dan doa. Saya memerintahkan setiap pengarih jahat untuk pergi; kau tidak memiliki hak disini dan saya tidak mengizinkan titik masuk apapun untukmu. Saya meminta iman, kasih dan pengharapan yang semakin bertambah supaya, oleh kuasa Allah, saya bisa menjadi terang diatas bukit, membyat kebenaran dan keadilan bertambah subur. Hal-hal ini saya doakan demi Dia yang mengasihi saya dan memberikan diri-Nya untuk saya. Amin.
Meskipun luka-luka lama memiliki ingatan yang baik, tidak ada mimpi buruk yang dapat menandingi kasih Juruselamat kita yang menyelamatkan. Rasa malu memberitahu kita bahwa kehancuran kita untuk selama-lamanya. Salib Yesus memberitahu kita bahwa ia telah menanggung kehancuran kita selamanya pada diriNya sendiri supaya kita bisa hiduo, selamanya dalam kemerdekaan.
Mengapa? Mengapa dan Mengapa? Itu adalah serentetan pertanyaan yang sering ditanyakan seseorang ketika hal buruk terjadi. Di kayu salib, Yesus mengucapkan pertanyaan yang telah ditanyakan oleh begitu banyak dari kita tentang Allah dimalam-malam tergelap kita:"mengapa Engkau meninggalkanku?" Pertanyaan itu tergantung di udara, terhenti, seolah-olah tertahan disana oleh penderitaan mendalam yang murni dan tak terpahami. Namun, itu bukanlah hal terakhir yang diucapkan Allah kita. "Sudah selesai!" Ia berseru beberapa saat kemudian. Lalu, pada akhirnya, "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku". Dari ditinggalkan menjadi di rangkul!
Tiga kebenaran yang dapat selalu kita pegang:
*Tidak ada apapun yang terjadi yang mengejutkan Allah, jadi percayalah kepada Dia ditengah-tengah penderitaan anda
*Allah mengasihi anda, dan tidak ada apapun yang dapat memisahkan anda dari kasihNya
*Allah akan selalu menyertai anda, dan apapun yang harus anda hadapi, Ia akan melewatinya bersama anda.
Dibagikan di buku ini mengenai dua teresa. Ibu teresa yang kita kenal memiliki nama asli Agnes Bojaxhiu seorang biarawati Katolik Roma yang mendirikan sebuah ordo yang disebut The Missionaries of Charity di Kalkuta, India. Dunia mengingat dia sebagai seorang pembela bagi miskin dan sebagai pemenang hadiah Nobel perdamaian tahun 1979.
Tapi biasanya yang diingat hanyalah sebagian dari kisahnya.
Pada agustus 2007, sekitar sepuluh tahun setelah kematiannya pada 5 September 1997-sebuah buku berjudul Mother Teresa: Come be my Light, muncul di rak-rak toko buku, menimbulkan sebuah sensasi. Buku tersebut menciptakan suatu kegemparan sehingga majalah Time memuat sebuah artikel yang panjang menggambarkan baik buku tersebut maupun reaksi publik berhadapnya, berjudul " Krisis Iman Ibu Teresa"
Teresa tidak pernah ingin siapapun membaca surat-suratnya; Ia meminta agar mereka di musnahkan saat ia meninggal. Tetapi gerejanys menolak dia, dan buku tersebut menyingkapkan seorang wanita beriman yang selama hampir lima puluh tahun bergumul untuk merasa kehadiran Allah. Surat-suratnya kerap kali mengacu pada kekeringan, kegelapan dab bahkan kehidupan tersiksanya. Ada sebuah catatan yang ditujukan kepada Yesus:
Tuhan Allahku, siapa aku sehingga Engkau harus meninggalkan aku? Anak yang Engkau kasihi dan sekarang menjadi orang yang paling dibenci, orang yang telah Engkau buang sebagai sesuatu yang tak diinginkan, tak dikasihi. Aku memanggil, aku melakat, aku ingun dan tidak ada Seorangpun yang padaNya aku dapat berpegang, tidak ada. Tidak ada seorangpun, sendirian. Dimana imanku? Bahkan di kedalaman sana tak ada apapun, selain kehampaan dan kegelapan. Allahku betapa menyakitkannya penderitaan yang tidak diketahui ini. Aku tidak memiliki iman. Aku tidak berani mengucapkan kata-kata dan pemikiran-pemikiran yang memenuhi hatiku dan membuatku sangat menderita tak terkatakan.
Begitu banyak pertanyaan yang tak terjawab hidup didalam diriku dan aku takut untuk menyatakan mereka karena takut menghujat jika memang ada penghujatan. Tuhan tolong ampuni aku. Ketika aku mencoba untuk mengangkat pemikiran-pemikiranku kesurga, ada kehampaan yang begitu menyiksa sehingga pemikiran-pemikiran itu kembali seperti pisauyang tajam dan melukai jiwaku. Aku di beritahu bahwa Allah mengasihiku, namun realita kegelapan, kedinginan dan kehampaan begitu besarnya sehingga tidak ada apapun yang menyentuh jiwaku.
Teresa yang kedua berasal dari Avila. Teresa inipun membagikan keputusasaannya ketika ia terjatuh dari keledai yang ditungganginya. Ia berkata pada Allah "Jika ini cara Engkau memperlakukan teman-teman-Mu. Tidak heran Engkau hanya memiliki sedikit"
Dalam buku tulisannya Interior Castle. Ditulisnya dengan segala kerendahan hati yang tanpa dibuat-buat saat ia di minta untuk menulis tentang saat teduh dan doa: beberapa tugas yang telah di perintahkan kepada saya untuk di laksanakan dengan taat telah begitu sulitnya karena satu tulisan saat ini ada hubungannya dengan doa: untuk satu alasan, karena saya tidak merasa bahwa Tuhan telah memberikan saya kerohanian ataupun keinginan yang kuat untuk itu, satu satunya alasan mereka mempercayai saya dengan hal itu bisa kadi karena memiliki sedikit pengertoan seperti yang saya miliki dalam hal ini.
Bagaimana anda meresponi Anda meresponi kehancuran dalam hidup anda sendiri? Apakah anda menemukan diri anda berada di persimpangan jalan? Titik balik? Mungkin inilah waktunya anda membuat sebuah pilihan, sebuah deklarasi, bahwa Allah adalah Allah, Tuhan anda dan tidak ada kembali ke masalalu bagi anda. Ruth membuat pilihan ini dalam momen tergelap hidupnya. Saya pikir keputusan-keputusan rohani yang mengubah hidup yang paling mendalam hampir selalu dibuat dalam kegelapan.
Bagaimana Mother Teresa dan Ruth begitu terkenang? Karena mereka melakukan pilihan yang tepat pada Allah dalam kegelapan.

Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau?
Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung
Batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
Mazmur 73:25-26

No comments:

Post a Comment